Rama Shinta (jangan cintai aku apa adanya) - Januari 2021

1.4K 261 39
                                    

Dentingan gamelan membawa kedua insan berbahagia
Menari tanpa tau insan lain didalam penatnya
Hanya kebahagiaan yang mereka sambut didalam dukanya








"S O E R A B A J A"

Hujan kali ini mengguyuri rerumputan halaman depan mereka, tak ada sambutan petir ataupun hujan yang datang dengan amarah, sebut saja deras. Namun tak mengurangi kehangatan dari dekapan sang istri kepada sang shinta, begitu aman dan menenangkan.

Pada dasarnya manusia diciptakan hanya untuk berjuang sendiri demi martabat dan kedudukannya, namun siapa sangka bahwa keegoisan dalam diri manusia akan memudar sedikit demi sedikit, ketika ia sedang diuji oleh praha cinta dan bahteran kesetiaan.

Tak ada satupun manusia didunia ini yang sempurna, sama halnya Winter yang tidak suka melihat Karina dengan kemeja putih yang menembus pandang, namun tetap saja dia memakai seluruh kemeja sang istri, agar Karina tak sering memakainya untuk berkerja. Begitupun dengan Karina, dia tak menyukai hal yang membuat Winter merasa tertekan dan menangis. Meski banyak banyolan dan candaan yang selalu mereka lemparkan, tak menutup kemungkinan hati istrinya tidak dapat tergores.

Karina betul menjaga perasaan istrinya sampai mati.

"Sayang, bangun yuk. Aku mau pipis nih" Winter berusaha melepas dekapan tangan Karina dari pinggangnya dan berusaha bangkit dari ranjang.

Kakinya yang tak seberapa panjang itu kalah telak dengan kekutan mengunci dari Karina yang masih memejamkan matanya nyaman didalam punggung istrinya. Wangi mawar, dia suka.

"Ah, nanti aja deh, aku lagi mager tau.. pipis kan bisa ditahan kangenku ini yang gabisa ditahan." Jawab Karina dengan nada malas malasan.

Winter hanya memutarkan matanya malas, dia sudah sangat kebelet ingin sekali menuntaskan segalanya segera. Namun istri manjanya ini yang selalu menghalanginya, tapi demi Tuhan Winter tak keberatan jika Karina orangnya. "Karina, aku janji deh habis aku pipis dan minum aku bakal cepet balik kok kesini, ya? Aku udah gatahan banget tau" mohon Winter.

Karina tersenyum kecil, "yasudah, sana pipis, aku aja yang ngambilin minumnya ya"

Tanpa babibu lagi Winter segera meninggalkan ranjang dan menjawab Karina sekenanya, karena dia sudah tak tahan lagi untuk menahannya.

Sementara itu Karina segera beranjak dari ranjang mereka, dan segera mengambil langkah menuju pintu keluar. Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi yang sudah seharusnya waktunya mereka bangun dan melakukan aktifitasnya kembali.

"Dia suka ngga ya kira kira?" Tanyanya pada diri sendiri, tangan kanannya dia masukkan kedalam saku piyamanya dan tangan kirinya membawa sebuah box yang diambil diruang tengah.

Kakinya dia bawa menuju dapur, alih alih ingin mengambil air putih seperti apa yang Winter mau, namun dia malah mengambil lidi dan menyalakan kompor untuk dia ambil apinya diatas lidi tersebut. "Semoga suka deh, lagian kan emang harusnya dia doyan semua jenis makanan"

Dengan langkah pasti, kedua tangannya sudah terpenuhi dengan box berwarna pastel tak lupa botol air mineral yang disimpan didalam sakunya, dengan hati hati pula dia membawa langkahnya menuju lantai atas.

Winter yang sudah selesai dengan urusannya masih setia menunggu sang istri yang katanya sedang mengambilkannya minum tadi. Dia hanya menyandarkan dirinya di headboard kasurnya dan menyalakan lilin aroma terapy untuk menyejukkan penatnya akan tugas skripsnya yang tak kunjung kelar.

Soerabaja, kota romantis kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang