Bumi, aku bumi. -2021

1.8K 273 49
                                    

Lika liku lirik cinta milik sang legendaris
hadir didalam nuansa cinta keduanya
Karina dan Sahar








"STILL YOGYAKARTA SIDE"

"Kamu hamil.. sayang?" Tatapan Karina menunjukkan kilatan tak percaya, bahkan dia tidak merasakan perubahan apapun pada Winter. Bukan dalam segi fisik, tapi kelakuan.

Dan biasanya dia akan memberitahu hal atau kejadian apapun kepada Karina, tapi kali ini tidak.

"iya, aku hamil anak kamu sayangku Karina.."

bagikan mendapatkan tiket emas pabrik willy wongka, Karina ingin sekali menggigit bantal disebelahnya. dia senang sekaligus bingung, apa yang harus dia lakukan untuk merawat orang yang sedang hamil.

"Kamu ngga mau makan apa apa gitu?" tanya Karina lagi, dia hanya mengetahui jika seorang ibu hamil hanya akan mengidamkan sesuatu. tapi mungkin perkiraannya akan salah, sebab naik turunnya mood seorang ibu hamil jauh lebih mengesankan.

kamar hotel yang biasanya akan menjadi saksi biksu aksi bercinta kedua insan ini dimalam hari sudah tak lagi melihat pergumulan panas itu. sekarang dia menjadi saksi bisu bahagianya dua pasangan ini, seakan galih dan ratna. "Ngga, cukup kamu disini aja kok. Kamu juga jangan kecapekan, Katanya nanti mau ada meeting bareng investor Jakarta minggu depan?" Tangan mungil Winter berusaha meraih air wajah milik Karina, di usapnya lembut.

Matanya terpejam, menikmati setiap sentuhan sang istri yang dapat menyembuhkan dari segala luka dan sesak. "Bulan depan sayang, kita kan masih punya urusan yang lebih penting sekarang, apalagi ada baby Salju di dalam sini" ucap Karina sembari membawa tangannya mengusap lembut perut sang istri yang masih datar.

Dia bahkan belum menyangka, bahwa di kehidupan rumah tangganya akan segera hadir seorang malaikat kecil yang selama ini dinantikan mereka berdua bersama.

"Kalau diundur terus, gimana bisa deal sayang? Kasihan loh karyawanmu kalau begini terus" jujur saja Winter bukan khawatir jika jatuh miskin, dia hanya khawatir akan nasib karyawan milik Karina yang nantinya kehilangan pekerjaan mereka jika kantor milik Karina gulung tikar.

Karina pun tersenyum lembut, dibawanya masuk kedalam dekapannya yang hangat dan dibiarkannya sang bintang menelusuri semestanya didalam angkasa hati miliknya, yang utuh untuk Winter selamanya.

"Uang bisa dicari kok sayang, tapi urusan keluarga tetap menjadi nomor satu. Jadi kamu jangan khawatir ya? Satu persatu pasti akan terselesaikan kok, aku janji itu. " ujar Karina lembut, selembut kain sutra. Winter tahu bahwa Karina juga sama gelisahnya, bahkan kilatan dari sang dewi tak membendung kan ketenangan yang biasa dia lihat dikala sang istri membawanya masuk menuju tatapannya yang kian hari kian menenangkan.

Winter tahu istrinya ini sedang berbohong, Karina juga sama takutnya dengan dirinya.

"Karina, kita menikah udah berapa tahun?" Tanya Winter, tentu saja Karina terlihat bingung. "6 tahun ditambah pacaran 4 tahun. Jadinya kita udah bareng hampir sekitar 10 tahun, kenapa sayang?" Ucap Karina lagi, dan Winterpun mengambil tangan Karina untuk dia genggam.

"Buat apa kamu berbohong sama aku kalau kamu ga baik baik aja, Karina? Kenapa kamu selalu bilang tenang saja, padahal aku tahu pikiranmu ngga jauh bedanya dengan ombak di laut, yang acak dan bergelombang tak tentu itu." Karina menatap kilat Winter meredup, keruh tak bening.

Air matanya tiba tiba jatuh, tak sampai hati dia membuat sang istri begitu khawatir dengannya. "Sayang, kalau capek ayo kamu berhenti dulu, istirahat dulu ya? Mau sampai kapan kamu membiarkan luka batinmu sendir, hm?"

Soerabaja, kota romantis kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang