Sakura di Bali - April 2012

1.2K 247 21
                                    

Senada cinta bersemi diantara kita
Bersama dirimu ku terbebas dari nestapa








"SEMETON BALI"

"Ini yang namanya Winter Sahardayu, gung gek?"

Karina melihat kearah suara sang bariton sembari memegang erat tangan kekasihnya, kekal cinta mereka belum tentu restu mengizinkan. Begitu pikirnya.

Hampir setahun sudah hubungannya dengan sih anak kekeratonan ini berjalan tanpa memberitahu keluarganya. Bukan karena takut dia akan ditolak dan diludahi, hanya saja dia tak ingin menghancurkan hati Winter yang sudah dia bangun kembali susah payah.

"Iya pak, dia kekasih Karina.." ucapnya sedikit dengan nada melemah, tatapan lurus menatap balik sang ayah.

Bapak Satria tersenyum kecil sebagai jawabannya. "Kamu kenapa mau sama gung gek bapak ini?" Tanyanya dengan nada melembut

Mata Karina membulat sempurna, tangannya gemetar tak kunjung tenang. Bahkan Winter sama ikut mengeratkan genggamannya yang jelas bapak Satria melihatnya, "gausah gugup gitu na'e. Sing takut ya.. bapak sing gigit kok" ucapnya lagi.

"Kamu juga gung gek, santai aja nok. Senyumnya mana??"

"Eh bapak, heheh iya.." bapak Satriapun tersenyum, sembari mendudukan dirinya diatas gazebo kebanggannya.

Bali sedang mendung hari ini, ditambah hamparan sawah yang menemani bahagianya dua orang insan itu, disambut baik bahkan tak ada cemoohan yang terlontar. "Nama saya I Gusti Agung Made Satriawirya satyadarma, panggil saja bapak dan anggap saja seperti bapak kamu sendiri, gung gek Sahar"

Winter tersenyum manis, lega rasanya. Hatinya terasa enteng tanpa beban. Sebab dia sudah berfikir jelek sejak awal, dia takut kena pengusiran dan penghinaan dari keluarga sang kekasih namun malah di sambut hangat oleh kedua belah pihak. Entah itu Ibu atau bapaknya.

"Matur suksema bapak" ujar Winter kemudian.

Bapak Satriapun memetik rokoknya dan meminum secangkir kopi buatan tangan istrinya itu, "jadi gung gek Sahar dari Jogja ya? Terus ketemu sama Karina di Surabaya kan?" Sahar mengangguk sebagai jawabannya.

"Jegeg sajan nok pacar kamu ini, kenapa ga bilang sama bapak dari awal kalau kamu punya pacar selucu ini?" Tanya Satria lagi, "bapak ga marah kalau pacar kamu perempuan. Bapak bakal marah kalau kamu buat dia nangis, udah gitu aja."

Karina melepas pegangan tangannya dari Winter dan menghampiri sang bapak yang sedang merokok santai di gazebo, "iya, karina minta maaf.. karina belum siap waktu itu bapak"

Tatapannya terlihat santai sembari memberi kode kepada sang putri untuk duduk bersamanya di gazebo. "Ngga papa gung gek.. lain kali jujur aja na'e, bapak kasih jalan juga kok buat hubungan kalian. Sing takut buat maju kedepan bahkan bapak juga senang liat gung geknya bapak senang" tuturnya begitu sangat tulus dan membuat Karina mematung ditempat. Dia bahkan tak pernah bereskpetasi seperti ini sebelumnya.

Begitupun dengan Winter di pojok sana, tak mengira bahwa kehadirannya di dalam hidup anak satu satunya bapak Satria ini akan di sambut sebaik ini. "Sahar, sini gek.. deket Karina sini. Jangan dia sendiri disitu, sini duduk sama Karina dekat bapak sini gek, eh tunggu rokoknya bapak matikan dulu"

Soerabaja, kota romantis kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang