we both such as a sticker, if it's removed off but the mark aren't gone forever
J O G J A K A R T A AND IT'S OFF EVE
Berdiri menawan dengan wajah yang ayu nan berseri, menarik pelatuk peluru menuju suatu sudut dan menembakkannya tepat didalam inti hatimu. Terasa terbakar dan membunuh, tetapi mencintaimu mu seperti menggenggam sebuah nadi dan saraf. Mati diri ini jika terlepas. Kamu bukanlah seorang monster, kamu adalah jiwaku yang merasuk seperti berbagai rempah nikmat didalam sup. Darahmu mengalir tersudut dengan sentuhan jiwaku, hatiku hancur melihatmu menderai caci. Berbahagialah kamu memilikiku, aku bisa gila tanpa kamu.
cium aku dengan aromatikmu, maka tubuhku akan selalu bersama mu. melekatlah denganku seperti stiker diatas kaca dan meleburlah bersamaku, meski terlepas namun masih tertiggal jejakmu. Aku rasa kamu akan menyukainya, aku berbeda dengan segala bentuk dan isi didalamnya. Tapi kupastikan kamu akan tergila gila dengan perbedaanku nantinya.
Tenang saja, semua akan terwujud sayang. Tak habis caraku merayu sang tuan untuk mengambil anak gadisnya dan bersanding bersamaku.
Tok tok tok!
Ketukan kecil terdengar disamping kaca sebuah kamar, tampak sedikit kuno namun terasa nyaman. Dengan bermodal nekat, tangan itu memegang tali tambang dengan kuat, ia ikatkan baik baik diatas pohon mangga yang cukup kuat itu.
"Winter" ucap Karina sepelan mungkin, kakinya yang dia tempatkan di sisi batang yang besar dan daunnya rimbun hampir menutupi sebagian dinding kamar Winter.
"sayang.." panggilnya lagi mengeraskan sedikit suaranya.
kondisi didalam kamarnya terlihat sedikit redup namun tak gelap, jelas rasa marah Winter masih meledak. Tak dia kira bahwa dirinya akan di pingit juga, bahkan di era modern seperti ini. Tak habis pikir pula ia dengan jalan pikir ayahnya itu
Karina masih belum juga menyerah, segera dia kembali mengetuk jendela kekasihnya itu dengan sedikit lebih keras.
Tok tok tok-- "eh!" kagetnya, dengan Winter yang sudah berdiri dengan wajah terkejut, disamping itu dia melirik kearah posisi Karina yang menggantung.
Senyum Karina merekah bak bunga yang bermekaran. Kemarin menjadi hari ter berantakan untuk mereka berdua dan Delima. Karina yang pergi setelah di usir Tatang dan Winter yang dikurung dikamarnya. "kamu ngapain Karin??" tanyanya heran.
"hehehe kangen kamu" ucapnya dengan cengiran khasnya.
Winterpun memasang tampang khawatir takut takut kehadiran Karina akan diketahui bapaknya. "aduh sini cepet masuk" ucapnya tergesa dan membantu Karina untuk masuk perlahan menuju kamarnya.
"sakit tanganku" Eluh Karina, tangannya memerah karena eratnya dia memegang tali tambang itu.
"yaiyalah jelas, orang tali keras gitu kamu pegang erat erat" ocehnya dengan suara sepelan mungkin. segera dia mengambil air didalam kamar mandinya dan mengunci pintunya perlahan. Takut hal lain terjadi nantinya.
Karina hanya mendudukkan dirinya diatas ranjang Winter dan membiarkan gadis kecilnya itu untuk mengobati tangannya. Dengan telaten dia mengobati Karina sama seperti ia mengobati Karina tempo bulan itu.
"kamu kok bisa masuk sih?" tanya Winter penasaran. "kok ngga ketahuan sama mbah atau pak prapto?"
"tuh kan tanganmu jadi lecet gini haduhhh"
Karina tersenyum kecil, segera dia mencium bibir gadisnya itu. membungkam kecerewetan Winter dengan segudang pertanyaannya. Dengan tersipu Winter menerima ciuman mendadak itu dari Kekasihnya. Darahnya berdesir, rasanya sama begitu manis. Bukan ciuman pertama mereka namun rasanya masih bergetar hebat seperti es puter dikala terik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soerabaja, kota romantis kita
RomanceKarina orang Bali, anak Agung. Winter orang Yogyakarta, anak keraton. Semuanya berawal dari surabaya dan berakhir pada pelaminan sampai maut, semenjak april 2011 hingga ajal memisahkan.