Menikah sudah terwujud
Apa iya berkumpul bersama membuat ku tak terkantuk?"J O G J A K A R T A"
Johnny membawa kedua adiknya keluar dari pendopo disusul oleh Karina yang sedang bersanding ayu dengan sang istri. Semenjak perkelahian mereka dengan ayahnya tadi, Delima muapun Winter sama sama banyak berdiam, terutama tatapan khawatir dari Johnhy yang masih menancap sampai sekarang.
"Sayang," bisik Karina tepat pada telinga sang istri, tanpa melepas tautan tangan mereka dia membawa Winter masuk ke kursi belakang mobil milik Johnny.
Winterpun menoleh dan memberikan tatapan bertanya, "kamu mau dessert apa?" Bisiknya lagi.
Winter masih tetap pada tatapan bertanya, namun sedetik kemudia dia melihat tangan kanannya yang di elus melamban seperti tak biasanya. Apalagi mereka sedang bersama kedua kakaknya, dia tak ingin sesuatu akan terjadi diluar kendali.
"Angkringan aja, nanti malem. Boleh??" jawab Winter dengan volume yang lebih kecil dari milik Karina.
Karina tentu menganggukkan kepalanya antusias, diapun memberikan senyum yang manis serta membawa punggung tangan sang istri untuk dia kecup lama.
Winter tersenyum diperlakukan manis seperti itu, seakan apa yang barusan terjadi lenyap begitu saja. Emosinya menghilang seketika, memang benar Karina adalah obat dari segala obat. Dia satu satunya orang yang dapat membuat setiap detiknya bermakna, dinikahi olehnya layaknya harta karun yang sudah lama tersembunyi lalu secara tidak sengaja ditemukan.
We can called it Jackpot.
Karina adalah jackpot dalam hidup dan matinya kelak.
"Huft.. kita mau kemana ini adek adekku sayang?" Ucap Johnny setelah memakaikan seatbelt untuk Delima dan diakhiri dengan menantap kedua pasangan bahagia itu dibelakang.
"Delima mau maem ndak? Mas beliin gudeg gelem ndak?" Tawar Johnny lagi, tapi Delima hanya menggeleng kecil.
Winterpun yang tau bahwa kakak perempuannya ini sedang dalam keadaan yang masih kacau berusaha memberikan elusan lembut dilengannya, berharap sang kakak terlepas dari lamunannya itu. winter juga tak mau Delima akan sakit karena kemurungannya yang masih terus berlanjut, "mas nyari yang seger seger aja piye?"
Karina bersuara, "boleh banget. Habis panas panas harus butuh yang adem kan ya? Yowis brangkat.."
Selama diperjalanan Johnny ataupun kedua adiknya tak satupun membahas apa yang sudah terjadi. Tak mengungkit keributan yang terjadi di pendopo, dibalik kebaya dan jas kekeratonan merekaa keluar tanpa salam. Bukan tak sopan tapi hati mereka sudah begitu melepuh.
Winter yang masih digenggam erat oleh sang istri hanya mengelus punggung tangan Karina dengan lembut sembari membiarkan sang istri menyandarkan kepalanya nyaman dipundaknya. Bahkan sesekali Winter tak segan menyiumi pucuk kepala Istri, dia begitu mencintai wanita disebelahnya ini
Delima tak lagi berbicara, tatapannya fokus kedepan seakan dia tak ingat bahwa adik dan masnya sedang bersamanya. "Adek, senyum toh ojok mrengut ae ora ayu ngkok piye?" Bujuk Johnny sembari mengelus pipi sang adek lembut.
"Hmmm.." hanya itu sahutannya.
Johnny masih tak menyerah, "aduh adek adeknya mas kok pada hobby merengut gini sih? Hihhh.. gemasss"
KAMU SEDANG MEMBACA
Soerabaja, kota romantis kita
RomanceKarina orang Bali, anak Agung. Winter orang Yogyakarta, anak keraton. Semuanya berawal dari surabaya dan berakhir pada pelaminan sampai maut, semenjak april 2011 hingga ajal memisahkan.