And when you rise in the morning sun
"S O E R A B A J A "
"Nyonya Karina?" Wanita berbalut seragam nurse biru itu memanggil nama sang wanita Bali didekat pintu laboratorium, dengan sebuah kertas document di tangan kanannya.
Karina yang merasa dipanggil langsung menolehkan kepalanya sembari membawa tubugnya berjalan mendekat kearah sang nurse, dengan kening berkerut juga wajah yang tak kian menunjukkan kecerahan.
Dengan langkah tegas juga wajah yang serius dia menerima document penting yang terselip nama Winter dan identitasnya. Dia mengerut sebentar setelah membuka isi dari document tersebut, seakan bertanya apa yang sedang dia baca itu hanyalah khayalan atau ilusinya saja.
"Nona Winter Sahardayu hanya membutuhkan segelas Teh hijau hangat dan sehelai roti bakar selai nanas, made by Karina"
Kening Karina kian mengkerut heran "Uhm.. maaf sus, ini hasil lab nya emang begini atau gimana ya?" Tanyanya sedikit ingin marah namun tak bisa.
Nurse tadi hanya tersenyum sebagai jawabannya. Lalu dia segera mempermisikan dirinya untuk kembali masuk kedalam laboratorium dan tak lupa menyuruh Karina segera kembali kedalam ruang rawat Winter dimana dia istirahat.
"Maksudnya apa ya? Teh hijau hangat sama roti bakar selai nanas?" Gumamnya kecil dengan bertanya tanya
Jelas siapa yang tidak akan bertanya tanya jika isi hasil laboratoriumnya seperti bahan candaan saja. Dia tak habis pikir, duit sudah keluar belasan juta hanya untuk ruang rawat inap ditambah semua medical check up yang ternyata malah membuat geleng geleng kepala.
Dia harus segera bertanya kepada Winter, apa dia yang benar benar meminta atau.. hanya entahlah.
"Sekarang ke kantin dulu aja kali ya, buatin teh hijau hangat dulu sama roti bakar pakai selai nanas" kan, padahal dia sempat kesal dan ingin marah tapi tetap saja dia mengikuti perintah di dalam document dari laboratorium.
Sebut saja dia gagah namun bucin sampai ke akar akarnya.
Setelah dia sampai didalam kantin, segera dia meminta salah satu penjual disana untuk memesan teh hijau dan roti bakar yang sialnya tak ada satupun dari mereka yang mempunyai selai rasa nanas.
Karina tetap mengotot tak percaya, "ah masa kantin sebagus ini selai nanas aja ngga ada sih mba?" Ucapnya sedikit emosi.
Dan tetap saja, jawabannya tidak ada. "Rumah sakit ini juga masih baru bu, jadi mohon maaf jika menu kami tidak selengkap itu. Tapi kami akan segera mengembangkan menu yang lebih baik lagi"
Karina hanya mengehembuskan nafasnya kesal. "indomaret disini mana ada yang deket.. masa aku harus minta tolong Giselle?" Gumamnya lagi.
Kakinya sudah mondar mandir kesana kemari tak lupa handphone yang tak pernah tinggal diam digenggamannya.
"Huft.. Giselle jalan satu satunya sekarang."
Giselle Uchinaga Sastrowardoyo berdering..
"Halo, it's vania speaking, what can i help you?"
Karina mengehembuskan nafasnya lega, akhirnya telfonnya diangkat meski hanya lewat sekertarisnya.
"Halo vania, Giselle ada ya?"
"Ahh big boss.. Bu Giselle sedang meeting bu karina."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soerabaja, kota romantis kita
RomanceKarina orang Bali, anak Agung. Winter orang Yogyakarta, anak keraton. Semuanya berawal dari surabaya dan berakhir pada pelaminan sampai maut, semenjak april 2011 hingga ajal memisahkan.