sebelum kamu menjadi istriku -Februari, 2011

1.7K 270 4
                                    

Wanita mana yang sanggup hidup sendiri?
Bahkan aku sudah bersumpah tak akan mau membuka jendela
Tapi Kamu datang, bagaikan malaikat dari Tuhan
Kamu sang dewiku, tanpa sayap











"S O E R A B A J A AND ITS PAST"

"Mau sampai kapan kamu menutup diri, winter?"

Masih pada bulan Maret di tahun yang sama, tepat sebulan setelah Ningning dan Susan menyelamatkannya dari percobaan bunuh dirinya.

Bahkan pertemuan mereka begitu penuh drama dan air mata, tak sanggup jika kita kupas satu persatu. Tapi jika bukan karena mereka, sudah dipastikan Winter sudah tak bisa hadir dikehidupan Karina. Menjadi cinta dalam hidupnya.

Menjadi tameng dan energi untuk ningning ataupun Susan, dan menjadi alasan utama persahabatan mereka masih kokoh hingga keakarnya.

"Kamu hampir bunuh diri, kamu gila wiranto." Susan dengan seragam SMA kebanggannya ikut mengomelinya, sebab sudah sebulan berlalu Winter tak menunjukkan cahaya dimatanya yang indah. Bahkan Ningning sampai rela mengurus surat kepindahan Winter untuk satu sekolah bersamanya dan Susan.

Winter hanya terus menatap lurus kedepan, tanpa menahu jika air matanya sudah deras mengalir. "Salah ku opo toh? Kenapa Tuhan menghukum ku seberat ini, ning, san."

(Salahku apa sih?)

"....."

Susan langsung menarik tangannya dan menempatkan tangan itu pada punggung Winter, dia merasakan getaran hebat dari sana. Dia dapat menemukan remukan hati didalam sana, guncangan yang sangat menyedihkan. "Terus hadirku sama Ningning disini itu emangnya jadi malaikat pencabut nyamu toh? Suangar, gendeng tenan awakmu."

(Muka gila, ada gilanya gilanya kamu.)

"Ngga gitu--"

"Tak keplak loh ya kamu, mangkanya kalau kita ngasih nasihat tuh di rungok ke kuping e. Dah berbuih ini mulutku lama lama" Ningning kali ini mengangkat suaranya.

(Di dengerin telinganya itu)

Bukannya mereka tak tau apa yang terjadi, jika saja Winter mengizinkan mereka berdua untuk menonjok dan menempeleng gusti Tatang detik ini juga, sudah dipastikan tiket menuju Jogja sudah ada di tangan mereka.

Berangkat mereka untuk menyalurkan rasa sakit yang Winter rasakan kepada bapaknya yang gila tahta itu.

"Untung aku keturunan china, ga ribet urusan sama kekeratonan dan antek anteknya." Ujar Susan sedikit geregetan, "kalau aja kamu ngijinin kita buat nonjok bapakmu itu, wes berangkat kita dari kemarin kemarin, to wiranto."

Ningningpun ikut mengangguk menyetujui. "Muak aku liat kamu yang murung terus. Kamu ke Surabaya untuk sekolah dan healing self bukan malah nyiksa diri sampe kurus begini." Pandangan Winter yang masih penuh dengan genangan air matanya sekejap berpindah untuk menatap kearah mata dua sahabatnya bergantian.

"Kalian china begini tapi bar bar ya?"

"Ya gimana, orang kamu juga sama bandelnya." Ujar Ningning dan Susan bersamaan. "Gimana ngga kesal, kalau waktunya makan malah nolak terus. makan ya makan. Apapun yang kamu request juga pasti bakal kita luncurkan detik itu juga."

Soerabaja, kota romantis kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang