01

391K 9.2K 250
                                    

"Apa?!"

Agam memijat pelipisnya melihat dan mendengar gadis 17 tahun sepuluh bulan itu melotot sambil menyilangkan tangannya di depan dada emm tepos itu. "Apalagi sih, By? Saya salah apa lagi?"

Gadis yang masih memakai seragam putih abu-abunya memanyunkan bibirnya. Teman abangnya ini benar-benar tidak peka, pantes aja gak pernah punya cewek. Baby-- gadis 17 tahun ini menggelengkan kepalanya. "Dah lah, lupain, om cepet anterin Baby ke rumah aja!"

"Gak jadi ke mall? Mumpung saya senggang."

"Gak, entar di kira Baby jalan sama sugar daddy lagi."

"Ya udah kita ke butik beli baju dulu. Oke?"

"Emang gak papa?" tanya gadis itu sambil mengerjapkan matanya lucu.

Agam tersenyum gemas, ia mencubit kedua pipi Baby. "Gak papa lah, kamu udah kayak adik tau."

Baby tersenyum manis, ia mengangguk semangat. "Let's go kalau gitu!"

Agam mengangguk, ia mulai menjalankan mobilnya. Gadis di sampingnya polahnya sudah entah bagaimana. Apalagi tubuh yang ikut berjoget saat lagu boyband Korea itu terputar.

"We don't need to worry ....
'Cause when we fall, we know how to land ....
Don't need to talk the talk, just walk the walk tonight ....
'Cause we don't need permission to dance ...."

"Dah? Capek?" Pertanyaan itu Agam ajukan saat gadis di sampingnya sudah terengah-engah sambil bersandar di sandaran kursi.

"Heem. Om gak ada minum?"

"Di pintu ada, By."

Dengan gerakan grasak grusuk nya Baby mencari air minum yang ada di pintu sampingnya. Dan setelah menemukannya, senyumnya terbit dan dengan cepat langsung di teguknya. "Ahhh ... seger!"

Agam meneguk ludahnya kasar. "Biasa aja kali."

"Om tuh--"

"Bisa gak manggilnya abang aja? Saya temen Denand, umur saya juga sama."

"Gak, panggilan abang cuma untuk bang Nand."

"Kakak deh."

"Gak boleh juga. Kakak cuma untuk kak Daren."

Agam menghela nafas kasar. "Mas aja, pasti belum di pakai."

"Mas?" Baby mengetukkan jarinya di dagu kemudian gadis itu menggeleng. "Memang belum ada sih ... tapi, gak cocok untuk om Agam jelek. Panggilan mas cuma untuk suami Baby nanti."

Agam mendengus, pasti ada saja alasan gadis nakal ini. "Terserah, terserah, capek sendiri ngeladenin bocil kayak kamu."

"Bocil, bocil, Baby udah punya KTP tau!"

Agam hanya mengangguk. "Iya, KTP punya tapi kelakuannya kayak anak TK."

"Cowok kok julid."

"Lah, yang punya mulut saya."

"Om ngajak ribut mulu deh! Lemes amat tuh mulut!"

"Di bilangin saya yang punya mulut, ya terserah saya." Agam menurunkan rem tangan mobil. Kemudian ia mematikan mobil. "Turun."

"Lah, ngapain?" gumam Baby sambil menatap sekitar.

Agam melirik jam tangannya. Ia tadi turun duluan, tetapi Baby belum menyusul juga. Agam menghela nafas kasar, ia dengan cepat kembali ke mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Baby. "Perlu perlakuan nya kayak putri kerajaan dulu?"

Baby menggeleng polos. "Enggak sih, Baby cuma bingung ngapain kita ke sini."

Lagi, lagi, dan lagi Agam harus menghela nafas kasar. Ia tersenyum terpaksa, tangannya mengelus halus-- tidak, lebih tepatnya agak kasar rambut Baby. "Kamu masih 17 tahun loh, cantik, kenapa udah  pikun sih?"

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang