40

84.7K 3.1K 38
                                    

Deringan telpon Agam membuat Baby melenguh, tangannya bergerak di atas nakas samping tempat tidur mencari ponsel yang terus berbunyi tanpa henti. Matanya menyipit, siapa yang menelpon Agam? Nomer tidak di kenal terpampang di layar ponsel Agam.

Baby menggerak-gerakkan tubuh Agam. "Om, ada telpon."

"Engg ... angkat aja sayang."

Baby mengangkat bahunya, sepertinya memang tidak apa-apa ia yang mengangkat. "Ha-"

"Honey, kamu di mana?"

Mata Baby mengerjap, apa tadi? Ia melihat layar kemudian menempelkan di telinganya lagi. Tidak salah, ini ponsel Agam dan sang penelpon tidak ada namanya.

"Sayang, di mana sih? Aku di rumah mama kamu tapi kamu gak ada, aku gak tau apartemen kamu. Ayo kita jalan, mama udah minta kita cepet-cepet nikah."

Baby menjauhkan ponsel Agam sebentar kemudian menggosok telinganya. Ia tidak salah dengar kan? Tetap tenang, tidak mungkin Agam bermain di belakangnya.

"Kok diem? Kangen ya aku panggil sayang lagi? Pasti kaget juga kan? Agam ih!"

"Halo."

"Eh, eh, loh kok cewek? Ini nomernya ayang Agam loh. Lo siapa? Kembaliin HP ini sama yang punya! Jangan seenaknya buka HP ayang gue!"

"Maaf, dengan siapa?"

"Kembaliin HP sama yang punya, anjing! Gue ceweknya Agam, Tessa! Lo siapa? Gak usah nanya-nanya, babi!"

Baby tersenyum lega, ternyata kerjaan si sapi. "Halo sapi, salam kenal. Sapi gak usah ganggu mas Agam lagi deh, udah jadi mantan gak usah suka ngusik. Jangan mentang-mentang di sukain sama mama, sapi seenaknya ngusik mas Agam. Inget, kalau mama tau gimana buruknya sapi, bisa aja mama langsung nendang sapi. Hati-hati sama permainan sendiri. Babay, makasih udah ngasih tau gimana suara asli sapi."

Baru saja Baby akan mematikan telpon, perkataan Tessa membuatnya berhenti. "Oh, lo bocil yang di bilang mama ya? Bocil gak sopan! Nama gue Tessa. Perlu gue eja? T-E-S-S-A, seenak lo aja manggil gue sapi. Gak usah ngarep jadi masa depannya Agam deh, gak usah sok akrab juga manggil cuma pakai 'mama'. Gue udah jelas bakalan jadi masa depannya Agam, bakalan jadi nyonya Killian nantinya."

"Coba aja sih. Kalau mas Agam jadinya sama Baby ya Baby bakalan ngetawain sapi paling depan."

Baby menutup panggilan itu dengan cepat. Sebenarnya ada rasa lega saat mengetahui Agam tidak menyimpan nomer wanita itu tapi rasa kesal juga hinggap di hatinya, bagaimana bisa sapi seperti Tessa dengan gampangnya mendapatkan restu mama kekasihnya? Ih, sepertinya Baby terlalu lama lahirnya sampai Agam harus memiliki mantan yang seperti itu! Coba kalau Baby lahir cepet dan bertemu Agam, Agam tidak mungkin memiliki mantan sapi seperti itu.

Cubitan di pipinya membuat Baby menoleh dengan bibir yang sudah maju beberapa centi. "Baby mau les privat lah sama sapi."

Agam terkekeh dengan suara seraknya. "Gak usah kesel, tetep kamu yang jadi masa depannya aku."

"Gimana gak kesel, gampang banget sapi dapat restu mama om. Kan rasanya Baby mau les aja sama dia, gimana sifatnya biar dapat restu."

Agam memeluk perut Baby dengan manja. Matanya menatap wajah cemberut kekasihnya yang terasa begitu lucu. "Kamu pasti dapat restu dari mama, mama suka sama kamu tapi mama masih bimbang kamu bisa jadi sama aku atau enggak. Mama mikir kamu masih bocil yang bisanya cuma sama Arga. Percaya sama aku, gimanapun sifat kamu, mama pasti bakalan ngasih restu."

Baby memiringkan tubuhnya, ia menusuk-nusuk pipi Agam dengan jarinya. "Iya. Om dari kapan dengerin?"

"Dengerin kamu ngomong?" Anggukan Baby membuat Agam mengecup gemas hidung gadis itu. "Dari kamu yang liatin HP aku, ngecek gitu bener gak."

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang