Baby melenguh, kepalanya terasa begitu berat dan rasanya ia sangat mual. Baru saja membuka matanya, tatapan penasaran sang mama langsung menyambutnya. "Ma ...."
"Kamu dah berapa lama sih berhubungan gini sama Agam, mama gak habis pikir Baby."
"Ke- hoek."
Baby menutup bibirnya, ia langsung berlari ke kamar mandinya dan berdiri di depan wastafel. Tidak ada yang di muntahkannya, hanya rasa mual.
Ana menyusul putrinya yang di kamar mandi, ia memijat tengkuknya. "Jujur sama mama, apa yang kamu lakuin sama Agam."
"Baby gak ngapa-ngapain, ma."
"Dua hari kamu belum sadar juga kesalahan kamu?"
"Karena Baby gak tau salah Baby apa. Mama kasih ta- hoek."
Ana menghela nafas panjang. "Video kamu sama Agam mama dah tau."
"Video? Video apa?"
"Sex."
Mata Baby membulat mendengar itu. "What? Sex? Baby bahkan gak pernah, ma."
"Nanti aja kamu jelasin, papa lagi manggil Agam ke sini."
Baby memegang perutnya, rasa mualnya semakin besar tapi tetap tidak ada yang di keluarkan. "Ma, sakit."
Ana mengelus punggung Baby. "Sebentar."
Ana membawa tubuh Baby keluar dan pada saat itu pula pintu kamar Baby menampilkan tiga laki-laki-- tidak, empat karena Daren di sama. Baby mendongak, tatapannya langsung bertemu dengan tatapan Agam yang menatapnya sayu. Tidak, bukan tatapan itu, tapi lebam yang ada di wajah Agam yang Baby pedulikan.
"Om ...."
Agam mengangguk sambil tersenyum tipis. "Gak papa," ucapnya tanpa suara.
"Duduk." Nada datar dari papanya membuat Baby menatap papanya.
Baby dan Ana duduk di pinggir ranjang sedangkan Agam dan papa Baby duduk di sofa, Denand dan Daren memilih untuk duduk di pinggir jendela.
"Jelasin tentang video itu."
Baby menerima ponsel mamanya sedangkan Agam menerima ponsel Dendi-- papa Baby. Mata kedua orang itu langsung membulat dan tanpa hitungan mereka berdua kompak bertatapan.
"Om ... Agam gak pernah kayak gini sama Baby."
"Pa, ma, Baby gak pernah ngapa-ngapain sama om Agam. Baby ciuman iya, tapi sampai ke sini enggak."
"Agam gak mungkin masukin Baby tanpa ada ikatan sah. Agam juga gak ada niat sedikitpun untuk ngerusak Baby." Agam menatap semua orang yang ada di sana.
"Kalau bukan lo sama Baby, itu siapa? Setan yang menyerupai kalian? Mikir."
Agam menatap Daren. "Bang Dar, gue pernah bilang sama lo, gue bener-bener gak bakalan rusak Baby. Gue sayang sama Baby dan gue bukan bajingan yang suka manfaatin tubuh anak orang gitu aja."
"Terus gue masih percaya kata-kata lo setelah video itu muncul? Enggak."
Baby yang mendengar perdebatan itu meremas ponsel mamanya. "Bang, ma, pa, Baby gak bakalan juga biarin om Agam nyentuh Baby sampai sejauh itu apalagi sampai ngelakuin hal kayak gitu. Kalian lebih percaya video 20 detik itu di banding anak kalian sendiri? Bang Denand, abang lebih percaya video singkat itu dari pada sahabat abang yang udah bertahun-tahun? Abang sendiri bahkan yang bilang sama Baby, Agam bukan tipe orang yang masuk lubang gitu aja, Agam masih mikir dia punya keluarga cewek, Agam orang yang mungkin ngerusak cewek, tapi Agam patahin semua omongan Agam cuma gara-gara video ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Om CEO [Selesai]
Romance"Lah, om Agam gak mau jadi suami Baby?" Agam menghentikan langkahnya. "Kamu ngelamar saya?" "Gak lah, Baby cuma nanya aja. Om mana mau sama bocil. Tapi, kalau Baby mah mau-mau aja sama om." Agam menarik tangan Baby hingga gadis itu masuk ke dalam pe...