03

153K 6.9K 148
                                    

"Abang ...."

"Apa, cantik?"

Baby menghela nafas panjang, menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi dan menatap jalanan yang tengah macet di depannya. "Om Agam ke mana? Hampir satu bulan gak ketemu."

"Dia lagi di Jerman."

"Ketemu sama bunda Ragil?"

Denand tertawa mendengar itu. "Gila aja kamu, masa Agam ketemu sama dia."

Baby tersenyum tidak berdosa. Ragil-- tiktokers gay yang akhir-akhir ini sering muncul di FYP tiktok nya. Agam yang berada di Jerman membuat Baby mengingat lelaki Indonesia yang tinggal di Jerman bersama suami gay nya itu.

"Baby mau ngapain sama Agam?"

"Baby cuma kangen sama om Agam."

"Mau nomernya?"

Mata gadis 17 tahun itu langsung berbinar senang. "Mau!"

Denand tersenyum, ia mengelus kepala Baby. "Ambil HP abang, cari aja di sana."

"Namanya siapa? Agam gak ada," ucap Baby setelah mengecek kontak Denand.

"Gamjing."

Mata itu mengerjap. "Gamjing? Apa itu?"

"Agam Anjing."

"Astaghfirullah abang!"

Denand terkekeh. "Udah sana kirim nomernya ke WA kamu, lupa nanti."

Melihat adiknya yang mengangguk dengan semangat membuat Denand tersenyum tipis. Kalau memang sahabatnya dan adiknya nanti akan sama-sama saling jatuh cinta, Denand tidak apa-apa. Agam lelaki baik, tidak pernah memainkan wanita sejak ia mengenal lelaki itu dari SMP. Dan mantan terakhir lelaki itu sudah meninggal dua tahun lalu dan sampai sekarang sahabatnya itu belum memiliki kekasih lagi. Dan kalau adiknya jatuh cinta sendirian dengan Agam, Denand akan membuat Agam menjauh dari Baby dan tidak memperbolehkan sahabatnya untuk ke mansion keluarga mereka sampai nanti Baby sudah memiliki kekasih lain.

"Agam ganteng?"

"Hmm?" Baby menoleh ke Denand sambil berpikir. Gadis itu kemudian menggeleng. "Gak, abang lebih ganteng dari pada om Agam."

Denand tersenyum. "Baby dah punya pacar?"

"Belum, Baby dah pernah di tembak sama banyak cowok tapi Baby gak mau, kata mama Baby fokus sekolah dulu, nanti kalau dah kuliah baru boleh pacaran."

"Bagus. Itu baru adik abang."

Tangan Baby bertautan di atas pahanya. "Emm, abang."

"Ya?"

"Om Agam dah punya pacar?" Melihat tatapan Denand yang terkejut Baby menggelengkan kepalanya. "Baby nanya karena mau ngertiin posisi. Kalau om Agam dah punya pacar, Baby gak mau deket-deket."

"Belum."

Satu kata dari Denand membuat Baby tersenyum sambil menghela nafas lega. Tapi kemudian ia tersadar, ia menepuk pipinya sendiri. Mengapa ia jadi tersenyum?

"Eh, kenapa kamu tepukin?"

Baby menyengir. "Enggak kok."

Denand melepas seatbelt nya. Ia menangkup pipi Baby yang memerah. "Jangan di tepukin, kasian nih jadi merah."

"Iya, abang." Baby ikut melepas seatbelt nya dan membuka pintu sampingnya. Ia merenggangkan tubuhnya, perjalanan pulang selalu saja macet.

"Mandi dulu, jangan langsung tidur."

Baby tersenyum. "Siap!"

Baby mengecup pipi Denand sebelum menaiki tangga. "Baby ke kamar dulu."

Baby menaiki tangga rumahnya dengan ponsel yang ia genggam dengan kuat. Bingung apakah ia harus mengirim pesan kepada Agam atau tidak. Ia menggaruk kepalanya sambil membuka pintu kamarnya.

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang