02

177K 7.2K 190
                                    

"Baby, ini beneran mau meluk saya terus?"

Baby mengangguk di dada Agam. Saat ini mereka berdua berada di bangku mobil bagian belakang. Baby kalau sudah menginginkan sesuatu, gadis itu akan susah menahannya. Termasuk memeluk Agam yang hanya pasrah.

"Suruh abang atau kakak kamu beli parfum kayak saya deh. Kalau kamu meluk saya kayak gini terus bahaya, cantik."

Baby semakin membenamkan wajahnya di dada Agam. Tubuhnya juga maju, semakin mepet dengan tubuh Agam yang tengah mengangkang. Ia saat ini duduk di tengah-tengah paha Agam.

Agam meneguk ludahnya kasar, harus pakai cara apa lagi agar gadis di depannya ini bisa melepaskan pelukannya? Agam lelaki normal, dengan posisi seperti ini ia bisa saja akan tegang. Walaupun dada Baby tepos, tapi gundukan itu tetap terasa di perutnya.

"Beli es, yuk?"

"Nggak."

"Beli sepatu?"

"Gak."

"Tas?"

"Dah banyak."

"Makanan?"

"Baby masih kenyang karena makan di kantin waktu nungguin om jemput tadi."

Agam menggaruk kepalanya. Gadis 17 tahun ini sekarang seperti arti namanya yang berarti bayi. "Baby gak mau pulang? Mama nyari nanti gimana?"

Baby melepas dengan kesal pelukannya. Ia menatap Agam tajam dengan bibir yang maju beberapa centi. "Om kenapa sih kayaknya gak suka banget Baby pelukin? Baby bau?"

"Enggak gitu, saya takut mama kamu nyariin aja."

"Alasan!"

Agam menghirup nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan pelan. "Beneran, cantik."

"Besok kalau ketemu om, Baby boleh peluk lagi?"

Agam mencubit kedua pipi Baby. "Jujur banget sih. Basa-basi dulu kek."

"Kelamaan. Om mau atau gak? Kalau enggak berarti Baby gak bakalan mau ketemu sama om selamanya."

"Tanya abang kamu tuh masih bolehin saya sama adik cantiknya ini atau enggak."

"Berarti om mau?"

Agam mengangkat bahunya sambil tersenyum jail. "Yang penting kalau kamu mau peluk saya, kamu harus wangi. Jangan gak keramas tiga hari terus meluk saya."

"Sip! Lagian Baby gak mungkin gak keramas sampai tiga hari, om, jorok banget."

Agam terkekeh. "Siapa tau. Orang kamu mandinya juga kadang sekali sehari, kan?"

Mata Baby membulat. "Pasti abang yang cerita sama om!"

Agam mengangguk, senyum jahilnya tidak lepas dari wajah tampan itu. Wajah Baby memerah, ia langsung menutup wajahnya. "Baby malu!"

Tawa renyah Agam langsung terdengar di dalam mobil. Lelaki itu kemudian merangkul tubuh Baby dan membawa gadis itu ke pelukannya lagi. "Sembunyi di dada saya aja, saya gak bakalan nampak juga wajah kamu."

"Ih, abang kampret! Habis ini Baby mau mandi tiga kali sehari."

Agam menepuk-nepuk punggung Baby sambil menahan tawanya. Baby gadis manis yang akan selalu malu apabila orang tau kejorokan gadis 17 tahun itu.

"Om sekarang pulang! Baby tambah malu kalau Baby sama om terus," ucap Baby sambil menjauhkan tubuhnya dari tubuh Agam.

"Siap, tuan putri."

"Tapi, om ke depan, Baby di belakang sini aja."

Gerakan Agam yang akan membuka pintu mobil terhenti. Ia menatap Baby bingung. "Lah, kenapa?"

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang