19

115K 4.1K 94
                                    

Tembus 30 komen aku bakalan double up! Komennya jangan cuma next, next aja ya 😚

***

Baby mendesah kuat dan cairannya keluar saat Agam mengulum putingnya dan putingnya terasa Agam kunyah saat di dalam mulut hangat kekasihnya. Baby menarik rambut Agam kuat, tubuhnya bergetar, kepalanya mendongak, bibir bawahnya ia gigit dan kakinya ia angkat.

Agam tersenyum melihat reaksi itu. Ia keluarkan puting Baby dari mulutnya lalu menarik kepala Baby agar bersandar di dadanya. Nafas yang memburu dan terasa hangat membuat Agam mengelus punggung Baby. "Keluar banyak?"

Baby mengangguk. "Iya."

"Pantes terasa basah."

Baby menatap Agam. "Masa iya?"

Agam tersenyum geli. "Iya."

"Hahh ... Baby malu!"

Agam menepuk pelan punggung Baby. "Sayang."

"Bentar, Baby masih capek, jangan di ajak ngomong dulu."

Agam tertawa pelan, ia mengangguk. Tangannya tidak berhenti bergerak di punggung gadis SMA yang ada di pangkuannya ini. Rasa ingin memiliki gadis ini sepenuhnya begitu mencuat, apalagi Agam tau pasti banyak yang mengincar kekasih cantiknya.

Baby mengecup rahang Agam. "Mau ngomong apa?"

"Besok kita ke rumah aku, ya?"

"Kan dah biasa Baby ke rumah om."

"Rumah mama."

Nafas Baby berhenti, matanya menatap Agam dengan panik. "Secepet itu?"

"Kita udah tiga bulan, sayang."

"Ya bisa masih nanti."

Agam mengelus keringat di dahi Baby. "Kenapa panik?"

Mata Baby tidak bisa diam, ia bergerak gelisah. Tangannya pun meremas rok yang ia pakai. Agam yang melihat itu mengangkat dagu Baby dengan jarinya. "Hei, kenapa?"

"Baby takut."

Cicitan pelan Baby membuat Agam menghela nafas panjang. Jujur, bukan hanya Baby yang takut, ia juga takut. Ia paham karakter mamanya yang seperti apa.

Agam menarik tubuh Baby mendekat, ia memeluk dengan nyaman tubuh mungil ini. "Jangan takut, aku di sini. Mama gak mungkin makan kamu."

"Jangan besok, om, sabtu aja, ya?"

"Kenapa?"

"Pokoknya sabtu aja, ya?"

Agam mengangguk mengiyakan. "Iya, sabtu."

Baby menghirup aroma Agam. Pemikiran-pemikiran buruk sudah muncul di kepalanya. Bagaimana bila mama Agam tidak menyukainya? Bagaimana jika mama Agam mempermasalahkan umurnya dengan umur Agam? Bagaimana jika--

"Kepala cantiknya mikir apa sih?"

Baby tersentak, ia menggeleng sambil tersenyum tipis. "Gak ada."

Agam menghela nafas panjang. "Maaf buat mood kamu langsung jelek."

Baby menggeleng dengan cepat. "Enggak, om, enggak. Baby masih capek aja."

"Mau apa biar mood kamu baik lagi?"

"Baby gak badmo-"

"Aku paham sama kamu, honey."

Baby berdecak, benar juga, Agam selalu peka dengan perubahan mood nya. Entah sejak ia mengenal lelaki ini pasti Agam selalu paham kapan saja mood nya berubah. Aneh memang.

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang