Mata dengan netra coklat itu mengerjap perlahan. Bau khas seseorang yang menjadi kekasihnya saat ini langsung masuk ke indera penciuman nya. Baby memandangi sekeliling kamar, rapi, bersih, dan fasilitasnya lengkap seperti hotel. Baby menyingkap selimut putih yang tadi menutupi tubuhnya, kakinya memapak lantai putih marmer itu. Ia berjalan menuju ruangan yang sepertinya walk in closed dan berkaca di sana. Baju seragamnya masih melekat di tubuhnya. "Om Agam waktu Baby tidur gak ngapa-ngapain Baby kan? Gak mungkin diem-diem ciumin Baby kan kayak di wattpad atau novel gitu?"
"Enggak, gak enak juga nyiumin kamu waktu tidur."
Baby tersentak, ia memegang dadanya dan berbalik. "Ngagetin aja!"
Agam terkekeh, ia berjalan menuju gadis dengan seragam sekolahnya itu kemudian memeluknya dengan manja. "Dah bangun kok gak keluar? Aku kira kamu ke mana."
Baby harus berjinjit untuk memeluk leher Agam. "Baby mau ke mana coba? Baby aja gak tau kantor om gimana bentukannya."
"Kamu ke sini tadi mau ngomongin apa? Aku kepikiran dari tadi, gak fokus kerja jadinya."
"Om masih banyak kerjaan? Kerjain dulu karena Baby mau ngomong serius." Baby melepaskan pelukan Agam dan ia kemudian menjawil hidung mancung Agam.
"Banyak, tapi gimana caranya aku kerja kalau kepikiran terus. Lagian kamu mau ngomong serius apa, jangan buat aku kepikiran, sayang."
"Udah, kerjain dulu." Baby menarik tangan Agam keluar dari kamar. Ia kemudian mendudukkan Agam di kursi kerja lelaki itu. "Dah, kerjain yang bener, Baby temenin di sini."
Agam memberengut, ia menepuk-nepuk pahanya saat Baby berjalan menuju sofa ruangannya. "Gak mau duduk di sini? Kalau kamu duduk di sini aku lebih semangat."
Baby menggelengkan kepalanya, bisa saja alasan kekasihnya itu. Ia berbalik kemudian langsung duduk di pangkuan Agam. Ia mengecup rahang Agam. "Dah, cepet kerjain."
Tubuh Agam menegang menerima ciuman itu. Tapi, sesaat kemudian ia tersenyum dan balas mencium pipi Baby. "Awas aja nanti mau ngomongin hal yang enggak-enggak."
Baby mengangguk, ia mengayun-ayunkan kakinya. Lima menit sudah berlalu, Baby menghela nafas kasar. Ia membenturkan keningnya dengan dada Agam yang keras. "Bosen tau kalau di sini aja. Baby cuma bisa liatin dada om."
Agam tanpa menjawab langsung memberikan ponselnya. Baby menerima dengan berbinar ponsel itu. Langsung saja ia membuka ponsel tanpa password itu dan matanya langsung tertuju kepada aplikasi berwarna hijau bergambar telepon itu. "Om, boleh buka apa aja?"
"Buka aja."
"Whatsapp? Line?"
Agam mengecup puncak kepala Baby. "Terserah sayang, gak ada apa-apa juga."
"Galeri?"
"Iya, gak papa buka aja."
Baby tersenyum, tujuan pertamanya membuka whatsapp. Bukan Baby ingin mengetahui privasi Agam, tetapi sebagai kekasih Baby juga punya pemikiran buruk apabila Agam macam-macam di belakangnya.
"Cowok semua."
Gumaman polos itu membuat Agam terkekeh. "Terus mau kamu apa? Ada cewek? Nanti kamu ngamuk."
"Jelaslah!"
"Makannya. Tenang, aku gak suka dan gak ada pengen untuk nyakitin perasaan kamu."
"Chat om sama abang absurd banget."
"Ih, chat nya gak sopan, anjing, bangsat, babi. Astaghfirullah."
"Abang jelek, masa ngatain pacar Baby kayak gini."
"Nah, ini sekarang om Agam yang jelek, masa abang kesayangan Baby di giniin."
"Link apa lagi ini? Bokep?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Om CEO [Selesai]
Romance"Lah, om Agam gak mau jadi suami Baby?" Agam menghentikan langkahnya. "Kamu ngelamar saya?" "Gak lah, Baby cuma nanya aja. Om mana mau sama bocil. Tapi, kalau Baby mah mau-mau aja sama om." Agam menarik tangan Baby hingga gadis itu masuk ke dalam pe...