51

69.6K 2.6K 54
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Hilma Auristelle binti Ryan Wilson dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"

Air mata Baby meluncur sempurna setelah mendengar itu. Abang pertamanya sudah jelas dan sah menjadi milik sahabatnya. Ia mengusap lengannya, mendengar ijab qabul sahabatnya saja begini bagaimana nasibnya saat mendengar namanya yang diucapkan saat itu nanti? Suara Agam tiba-tiba menggema di kepalanya, suara saat kekasihnya membacakan ijab qabul nanti. Baby memukul-mukul kecil kepalanya. "Kampret," umpatnya pelan.

"Kenapa?"

Baby menoleh menatap Agam dengan bibir mengerucut. "Berisik isi kepala Baby."

Agam tersenyum, menarik tangan Baby lembut dan menggenggamnya. "Berisik karena bayangin aku ijab qabul pakai nama kamu?"

Mata Baby membulat, bibirnya bahkan menganga. "Om belajar di dukun di? Wah bahaya Baby jadinya kalau om tau gini."

Agam terkekeh, mengusap sudut mata Baby dengan jempolnya dan menatap gadisnya dengan halus. "Aku tau semua tentang kamu. Pasti sekarang kamu lagi mkir aku beneran bisa baca pikiran kan?"

Dengan polosnya Baby mengangguk. Tapi kemudian ia tersadar saat suara doa dikumandangkan pak kepala KUA. Baby menundukkan kepalanya, lalu melirik Agam yang juga sudah menundukkan kepalanya. Tidak mungkin Agam beneran cenayang kan?

Mengusap sapuan tangannya ke wajah lalu menatap kedua orang yang ia sayangi tengah berpandangan mesra. Senyum Baby terbit, abangnya yang kena kutukan Elsa sepertinya sudah menemukan mataharinya.

Sapuan lembut tangan di pipinya membuat Baby menoleh ke samping. Agam tengah tersenyum. "Jangan nangis lagi, hilang nanti cantiknya. Sahabat kamu udah jelas bahagia sama abang kamu. Dari ceritanya juga kamu pasti tau gimana sayangnya bang Dar sama Hilma."

"Baby tau, pasti mama bahagia, tapi Baby gak nyangka temen Baby nikah duluan daripada Baby."

Agam terkekeh, menjawil hidung Baby gemas. "Bentar lagi kan kita nyusul."

Baby tersenyum saja menanggapi itu. Pandangannya kembali menatap ke depan, sang kakak dan sahabatnya sedang saling menyematkan cincin. Kisah cinta keduanya tidak Baby sangka sama sekali. Sekarang tidak bisa lagi menanggil Hilma hanya mama, harus pakai embel-embel 'kak' kalau sekarang.

Agam menggelengkan kepalanya melihat air mata Baby yang terus merembes, tidak deras tapi tetap keluar dari mata indah yang selalu memancarkan kenyamanan bagi Agam itu. Lamarannya belum juga diberi kepastian oleh Baby. Sepertinya memang gadis itu sedang memikirkan matang-matang tentang keputusan yang sangat berarti ini.

Tubuh Agam mendekat, mengecup pipi Baby untuk menghentikan tangisan gadisnya. "Gak suka kalau kamu nangis."

Baby terkekeh pelan, ia mengangguk dan mengelap air matanya yang ada di pipi. "Air matanya yang nakal, keluar terus."

Agam lagi-lagi mengecup pipi Baby. "Gemes, kalau lagi nangis yang disalahin air mata terus."

"Gak boleh cium-cium om!"

Agam menyenderkan kepalanya di bahu Baby. "Biarin, kalau ketauan paling langsung dinikahin kita, pak KUA nya kan udah ada."

"Dikira nikah kayak beli permen kali ya?" gumam Baby nyinyir.

"Ya gak papa ijabnya sekarang resepsinya nanti-nanti."

"Gak, gak. Diem ih."

"Oke, diem aku."

Senyum Baby mengembang saat kedua orang tersayangnya sedang memamerkan buku hijau dan merah itu. "Lucu, mukanya mama eh kak mama merah om."

"Om, nanti temenin Baby ambil makanan ya Baby laper."

"Om nanti ingetin Baby ngasih kado nya, Baby kan pikun."

Tidak ada balasan dari apa yang ia ucapkan membuat kepala Baby menoleh sedikit ke samping tapi tetap saja wajah Agam tidak kelihatan. "Om tidur atau gimana sih?"

"Emm."

Kening Baby mengerut, ia memukul paha Agam. "Apa sih?"

Agam dengan terpaksa mengangkat kepalanya dari bahu Baby. Menatap Bany dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. "Ee eeee iem."

"Ngomong apa sih?"

Agam berdecak. "Aku tadi disuruh diem, nanti kalau aku jawab salah lagi."

"Ihh, kok oom goblok?"

"Kampret calon suami dibilang goblok. Malam pertama habis kamu."

"Emang Baby jelas mau nikah sama om?"

***

Baby berdecak, kekasihnya itu ngambek atau gimana? Baby tadi kan hanya bercanda berkata seperti itu. Setelah tadi di acara akad Daren Baby berkata seperti itu sampai sekarang Agam tidak bisa ia temui. Tadi lelaki itu izin ke toilet lalu hilang sampai sekarang, sudah satu jam padahal.

Baby menghela nafas panjang, kayak jomblo jadinya. Baby memutuskan untuk mendekat ke mamanya, ia akan izin sepertinya untuk ke kamar dulu mencari Agam. Dengan senyum ramahnya Baby mengangguk ke arah orang-orang yang ada di ballroom hotel ituu.

Baby menarik ujung baju sang mama. "Ma, Baby ke kamar dulu ya? Sebentar aja."

"Ngapain?"

"Nyari om Agam, tadi izin toilet sampai sekarang gak balik, Baby takut kenapa-kenapa."

"Iya, nanti kalau ada apa-apa kabarin mama aja, sayang." Perkataan Ana membuat Baby mengangguk.

Setelah melewati banyaknya orang Baby akhirnya keluar juga dari ballroom. Gadis dengan gaun biru mudanya mendumel sambil menatap ponselnya, tidak ada notifikasi balasan dari Agam juga. "Om kampret, nikahan abang malah buat Baby pengen makan orang. Baby bercanda, dasar om baperan."

Baby men-tap kartunya di pintu dan pintu kamar Agam langsung terbuka. Terlihat punggung Agam yang sudah telanjang dengan celana kain yang masih ada di tubuh itu di tengah ranjang.

"Om ...." Rengekan itu Baby keluarkan setelah menutup pintu di belakangnya. Tidak ada sautan dari Agam membuat Baby menghentakkan kakinya kesal. "Ih, om jangan gini, Baby cuma bercanda."

Baby memutar ranjang karena wajah Agam membelakangi pintu. Mata kekasihnya tertutup tapi yang membuat Baby terhenyak adalah bagian basah di kasur. Agam menangis atau itu iler? Baby mendekat, duduk di pinggir ranjang dan menatap Agam lekat.

"Om ... kok nangis?" tanya Baby dengan nada khawatirnya. Jari-jarinya dengan lembut mengelus pipi Agam yang terdapat bekas air mata di sana.

"Maafin Baby kalau bercandanya Baby gak lucu dan malah buat om sakit hati. Baby cuma bercanda om."

"Tapi aku ngerasa kayak penolakan udah di depan mata."

Baby menggeleng, mengusap rahang Agam yang masih memejamkan mata. Suara Agam yang serak membuatnya semakin merasa bersalah. "Maafin Baby."

Mata Agam langsung terbuka mendengar itu. Menatap gadisnya dengan pandangan tak terbaca. "Ka- kamu beneran nolak aku?"

"Gila! Baby gak mungkin nolak lelaki sesempurna om! Baby masih waras untuk mau nolak om. Baby kemarin cuma butuh waktu untuk beneran mikir. Mikir gimana jadinya Baby nanti jadi istri, jadi ibu sedangkan Baby aja masih kayak anak kecil. Waktu om lamar Baby pertama kali Baby bisa aja langsung bilang 'yes' tapi Baby belum berani, Baby harus yakinin diri Baby dulu."

"Berarti diterima atau ditolak?"

"Maaf, tapi untuk sekarang enggak dulu om, Baby belum siap."

Dan jawaban itu membuat Agam mengerutkan keningnya. Ini ia yang dimainkan oleh Baby atau ia beneran di tolak? Penjelasan Baby menerbangkannya, tetapi jawaban Baby langsung menjatuhkan ke bumi.

***

TBC ....

Gak double update ya ini, biarin nggantung aja 🤗

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang