"Om ih! Nanti abang liat gimana?"
Agam menggelengkan kepalanya tidak peduli. Kepalanya masih tetap berada di leher Baby. Tubuh Baby yang berada di bawahnya membuatnya semakin nyaman.
"Gak ngerasa berat ya bapak? Tolong ya, saya kecil gak usah ngadi-ngadi nindih begini."
Agam terkekeh, lelaki itu malah menggigiti leher Baby. "Nenen kamu empuk."
"Kurang ajar emang. Gak usah buat tanda om, Baby gak mau di sidang sama abang."
Tindakan Agam termasuk berani. Lelaki itu menindih Baby di sofa ruang tengah penginapan mereka. Penginapan mereka berbentuk rumah di pinggir pantai. Kelakuan Agam bisa saja langsung di saksikan Denand.
"Yang."
"Apa?"
"Mau nenen."
"Om, Baby gak paham lagi sama otaknya om."
"Dari pada aku minta buat anak."
"Baby tendang." Baby berdecak, ia memukuli punggung Agam. "Om, Baby takut ketauan abang!"
"Abang kamu paham, om sering jadi nyamuknya dia sama Karina."
"Emang iya?"
"Gak percaya banget nih bocil."
"Terus abang ngapain?"
"Sama yang kayak yang kita lakuin gini."
Baby mengerucutkan bibirnya. "Beneran? Abang nanti cepu ke mama kita gak bisa pacaran lagi loh."
"Gak bakalan. Dia cepu ke mama sama aja kayak bongkar aib dia sendiri."
Baby menghela nafas panjang, sepertinya memang kekasihnya ini tau semua tentang sang abang. Ia mengelus rambut Agam. "Abang masih lama gak ya om?"
"Coba aja telpon."
"Pinjem HP."
Agam mengangkat sedikit tubuhnya, ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Setelah sudah ia kembali lagi tengkurap di atas Baby dan meletakkan kepalanya di atas dada Baby.
"Abang."
"Apa cantik? Kenapa?"
"Masih lama?"
"Masih, abang masih mau surfing dulu."
"Kak Karina juga ikut?"
"Iya dong. Kamu di mana?"
"Udah di penginapan. Ya udah kalau gitu, abang have fun. Baby di sini sama om Agam."
"Ok cantik."
Baby melempar asal ponsel Agam ke atas meja. Ia menepuk tangan Agam yang menarik kerah kaosnya ke bawah. "Nakal banget belum di kasih izin."
"Mau nenen, ayang."
Ucapan manja dan raut wajah yang di buat Agam segemas mungkin membuat Baby menguyel-uyel wajah Agam. "Biasa aja, pengen Baby gigit jadinya."
"Boleh ya? Denand juga masih lama."
Tanpa menjawab Baby menurunkan kerah kaosnya. Terlihat payudaranya menyembul dengan bra putih yang masih membungkusnya. Melihat Agam yang menatap payudaranya dengan lapar, Baby menangkup payudaranya dengan tangannya sendiri, ia goyang-goyangkan ke kanan dan kiri. "Mau ini?"
Agam berdecak, ia menghentikan gerakan tangan Baby. Tangannya dengan keras menyingkirkan tangan Baby dari squishy favoritnya itu. Sekarang tangannya yang meraup payudara Baby. "Besarin lagi ya?"
"Gak, gak seimbang nanti sama badan Baby. Om mau yang sampe kayak tumpah-tumpah gitu? Cari aja sana yang lain."
"Gak bakalan nyari yang lain sampai kapanpun. Ini punyanya aku, gak boleh juga di pegang sama yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Om CEO [Selesai]
Romance"Lah, om Agam gak mau jadi suami Baby?" Agam menghentikan langkahnya. "Kamu ngelamar saya?" "Gak lah, Baby cuma nanya aja. Om mana mau sama bocil. Tapi, kalau Baby mah mau-mau aja sama om." Agam menarik tangan Baby hingga gadis itu masuk ke dalam pe...