32

89K 3.5K 78
                                    

"Katanya tidur, ini masih ngenyot terus," decak Baby menatap malas Agam.

Agam tersenyum dengan bibir yang masih berada di puting Baby. Ia tidak mungkin tidur, kesempatan seperti ini susah. "Gwak bwiswa twidur."

Baby menepuk kepala Agam pelan. "Kalau ngomong lepas dulu ini, kayak om kunyah jadinya!"

Bunyi terdengar saat bibir Agam melepas puting Baby. Terlihat puting kecil Baby basah dan mengkilap karena emutan Agam sedari tadi. Agam tersenyum gemas melihat itu. "Bisa gak sih gak usah gemesin gini, pengen lagi."

Dahi Baby mengerut, ia melihat putingnya sendiri. "Apanya yang gemesin? Cuma bunder warnanya coklat om, gak ada gemesnya."

Agam mengelus puting Baby. "Nih, lucu, tegang terus dari tadi."

Tangan Baby masuk ke dalam kaos Agam, gadis itu mencubit puting Agam. "Nih, sama bentuknya, sama-sama bunder, keras juga. Om emut punya sendiri juga gemesin kok."

Agam duduk, melepas kaosnya kemudian berbaring kembali. "Liat beda," ucap Agam sambil menunjuk putingnya dan puting Baby.

Baby menggaruk kepalanya, menurutnya bentuk puting sama. "Cuma beda ukuran om, dikit juga."

"Ih, pokoknya beda, sayang, kamu gak ngerasain sih."

Baby menangkup payudaranya, kemudian menekannya ke atas. Lidahnya teejulur untuk menjilat putingnya sendiri. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. Gadis itu ganti mendekat ke dada Agam, menjilat puting Agam dan sedikit merasakannya. Seperti tadi, beberapa detik ia kembali ke posisinya semula sembari menatap Agam. "Humm, lebih empuk punya Baby sih."

"Emang iya?"

"Lah?"

Agam berdecak, ia meremas payudara Baby sekilas. "Aku nanya karena aku gak tau gimana rasanya puting ku sendiri sayang, gak nyampe."

Baby tertawa, ia baru sadar maksud Agam. Mana bisa lidah Agam menggapai putingnya sendiri, terlalu jauh, tidak sepertinya yang bisa di naikkan ke atas. "Paham, paham."

"Nenen lagi ya?"

"Baby mau cium tapi."

Agam tersenyum, ia memajukan tubuhnya, tangannya melingkar di pinggang Baby. Keningnya sudah menempel di kening Baby. "Ternyata ada yang kepengen kiss dari tadi?"

Baby tersenyum malu. "Om sih nenen terus. Baby juga nunggu selesai film nya sih."

Agam mengecup hidung Baby. "Nenen enak sayang, sumpah. Anget, kenyel, besar, bisa di mainin, di jilat, aghh apalagi di emutin gitu."

Baby melingkarkan tangannya di leher Agam, membuat wajah keduanya semakin menempel dan bibirnya atau bibir Agam gerak sedikit saja sudah pasti akan bertemu. Matanya menatap ke dalam netra indah Agam, Agam memiliki pandangan yang menenangkan baginya, tetapi lelaki itu punya pandangan lain saat di kantor ataupun bersama teman-temannya-- tatapan datar. Tatapannya turun, hidung Agam tentunya lebih mancung dari pada hidungnya. Turun lagi dan sampai di bibir Agam yang cipokable itu. Bibir Agam bagus, warnanya pink sehat dan tidak kering. Baby meneguk salivanya kasar saat Agam menjilat bibirnya sendiri, tubuh Baby meremang saat melihat lidah Agam, pikirannya sudah tidak bisa bersih.

Agam menelan ludahnya berkali saat Baby menatap bibirnya, entah apa yang ada di pikiran gadis itu sampai gadis itu menelan ludah berkali-kali juga. Nafas Agam semakin memberat saat tangan Baby sedari tadi mengelus tengkuknya dan terkadang menjambak pelan rambutnya. Ahh, sudah, Agam tidak tahan!

Agam mengulum bibir bawah Baby dengan halus, tangannya menekan punggung Baby hingga dadanya bersentuhan langsung dengan puting menegang Baby. Bibirnya bergerak, sekarang mengulum kedua bibir Baby, menggigitinya kecil dan membelai bibir merona Baby dengan lidahnya. Agam tersenyum saat Baby membuka bibirnya, saatnya ia mengeksplor.

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang