20

107K 4.5K 140
                                    

Baby mengerjapkan matanya, mengoreksi pandangannya yang sepertinya salah. Tetapi, sepertinya tidak. Perempuan cantik di umurnya yang mungkin sudah 60 lebih itu ia mengenalinya!

Agam menyenggol Baby. "Yang."

Baby tersentak, ia mengangguk cepat sambil menyalami tangan Aina-- mama Agam. "Sore tante."

"Wah, masih muda yah."

Kalimat itu membuat Baby meneguk ludah kasar. "Hehe, iya tante."

"Kayaknya tante pernah liat kamu deh."

Agam melepaskan tangan Baby saat Baby di ambil alih oleh mamanya, ia hanya mengikuti dari belakang saja. Ia tersenyum geli saat tangan Baby mengkodenya agar berjalan di samping gadis itu. Agam dengan cepat melesat ke samping gadisnya. "Mama pernah liat di mana?"

"Sekolah, tante."

Mata Aina membulat, ia mengangguk. "Bener, bener. Kamu satu kelas kan sama Arga?"

Baby mengangguk sopan sedangkan Agam yang memegang. Bagaimana bisa dunia sesempit ini? Orang yang ia hindari untuk bertemu Baby ternyata hampir setiap hari malah bertemu gadisnya.

Agam menarik Baby untuk duduk di sampingnya saat gadis itu baru saja akan duduk di samping mamanya. Baby hampir saja terjatuh dengan tidak estetiknya karena kaget dengan tingkah Agam. Gadis yang tengah memakai dress selutut berwarna hitam itu mencubit paha Agam.

"Mama gak bakal makan pacar kamu, Gam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama gak bakal makan pacar kamu, Gam."

Agam menatap mata Aina yang sedari tadi tidak lepas dari Baby. Ada apa? Mamanya tidak akan pernah menatap orang sampai seperti itu kecuali mamanya pernah memiliki cerita dengan orang itu.

"Berarti kamu sama Agam jaraknya jauh, ya?"

"Delapan tahun, tante."

"Usia bukan penghalang kan, ma?"

Aina menatap Agam, ia tersenyum tipis tanpa menjawabnya. "Setelah ini mau melanjutkan ke mana? Kuliah?"

"Iya, tante, Baby mau lanjut ke kedokteran."

"Waw, gak bisa di bilang ringan. Kenal sama Agam gimana?"

Baby meneguk ludahnya sebelum menjawab itu. "Kenal sama bang Agam karena bang Agam sahabat abang Baby, Baby tau udah dari SMP, sekitar lima tahun yang lalu."

Agam tersenyum mendengar suara Baby, walaupun ia tau gadis itu gugup, tetapi gadisnya menutupi suara bergetar nya dengan tenang. Tangannya dengan perlahan merambat ke paha Baby dan menggenggam tangan Baby. Dapat ia rasakan tangan gadisnya yang berkeringat dan terasa dingin.

"Kenapa mau sama Agam? Jarak kalian terlalu jauh."

"Cinta gak butuh alasan, ma, kalau Baby nya sayang sama Agam kenapa enggak. Ya kan sayang?" Baby tersenyum malu sambil mengangguk.

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang