Baby mengusap kening Agam yang mengerut. "Om, kenapa? Lagi ada masalah?"
Agam membuka matanya, ia menggeleng sambil tersenyum. "Aku baik kok."
Baby menghela nafas kasar, ia mengusap pipi Agam. "Kalau ada masalah, cerita ya sama Baby."
"Pastinya sayang." Agam menggenggam tangan Baby yang ada di pipinya. "Boleh aku minta sesuatu?"
"Sure."
"May I kiss you?"
Baby menatap ke dalam bola mata Agam. Dengan perkataan Agam yang seperti itu ia yakin kalau kekasihnya sedang tidak baik-baik saja. Baby menunduk, ia mengecup kening Agam. "Baby pacaran sama om udah tiga bulan, sedangkan Baby kenal om udah lama. Baby tau om pasti lagi ada pikiran yang ngeganjel, tapi Baby gak bakalan maksa om untuk ceritain ke Baby karena Baby yakin om punya alasan kenapa gak cerita."
Agam mengepalkan kedua tangannya di saku celananya. Ia merasa bersalah kepada gadis ini. Agam menunduk, tidak berani membalas tatapan hangat gadis itu. Benda kenyal yang menempel di bibirnya dan nafas hangat yang menerpa wajahnya membuat Agam langsung menaikkan pandangannya. Pipi Baby langsung terlihat di depan matanya.
Agam memejamkan matanya kembali. Pikirannya semakin berkecamuk terhadap gadis yang tengah menciumnya ini. Perkataan Daren semalam membuatnya langsung melintas kembali di otaknya.
Flashback on ....
Agam mengurut pelipisnya. Masalah di kantor cabang yang ada di Bandung terasa begitu berat. Belum lagi hari ini ia tidak menemui gadisnya sama sekali, mereka hanya berbincang lewat telpon.
Deringan telpon membuat Agam mengambil dengan malas ponselnya. Ini bukan nada dering khusus Baby. Matanya langsung terbelalak saat nama 'Bang Daren' terlihat di layarnya. Agam meneguk ludahnya, ia kemudian menegakkan punggungnya.
"Halo, bang."
"Gimana kabar, Gam?"
"Alhamdulillah baik, bang."
"Gue denger lo pacaran sama Baby?"
Agam berdiri dari kursi kerjanya, ia menuju ke arah jendela besar yang menampilkan pemandangan kota. "Iya, bang. Udah tiga bulan."
"Gue nunggu lo minta restu gue, ah tidak setidaknya nelpon gue untuk minta adek gue tapi gue tunggu sampai sekarang gak pernah lo nelpon gue. Tiga bulan, lo bukan orang yang gak kenal sama gue, tapi kenapa lo gak pernah bilang sama gue? Kalau lo orang asing yang pacarin adek gue terus gak kenal gue, gue paham kalau lo gak ada nelpon gue."
"Maaf, bang."
"Gue cuma pengen adek gue kalau punya pacar ngomong sama gue dulu. Gue langsung to the point sama lo, udah pernah lo apain Baby? Kalau lo cowok lo bakalan jawab jujur."
Mata Agam tidak bisa diam, keringat dingin bahkan sudah membasahi tangannya.
"Kalau lo gak mau jawab, fine. Gue percaya lo gak mungkin berani rusak adek gue karena lo tau gue orangnya kayak mana."
"Gue dah ciuman sama Baby, bang."
"Terus?"
Agam menggigit bibir bawahnya, bingung. Kalau ia jujur ia sudah pernah melihat tubuh atas Baby bisa di bantai sama Daren. "Udah, itu aja bang."
Terdengar kekehan Daren di ujung sana. "Semoga yang lo bilang jujur. Yang pasti lo harus selalu inget, lo rusak Baby lo juga bakalan rusak, rusak sampe ke organ dalam lo gue buat. Gue gak main-main kalau menyangkut Baby, Gam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Om CEO [Selesai]
Romance"Lah, om Agam gak mau jadi suami Baby?" Agam menghentikan langkahnya. "Kamu ngelamar saya?" "Gak lah, Baby cuma nanya aja. Om mana mau sama bocil. Tapi, kalau Baby mah mau-mau aja sama om." Agam menarik tangan Baby hingga gadis itu masuk ke dalam pe...