52

76.1K 2.7K 57
                                    

Happy 1 juta readers BaGam! Gak nyangkaaa 😭💜

Makasih semuanyaa, terutama untuk yang udah vote, komen, ngasih semangat. Lope sekebon untuk kalian 💜🤍

Happy reading ^^

***

"Maaf, tapi untuk sekarang enggak dulu om, Baby belum siap."

"Ha?" hanya itu respon yang bisa Agam berikan, ia masih syok atas jawaban Baby.

Senyum tiba-tiba dari wajah serius gadis di depannya membuat tatapan Agam tidak beralih. Menatap gerak-gerik Baby yang mendekat dan menatap matanya lebih dekat. "Iya sekarang belum siap, tapi kalau udah ditentuin tanggalnya nanti siap." Baby yang berujar di depan bibirnya membuat Agam langsung memegang tengkuk Baby dan mempertemukan bibir mereka. Lumatan sempurna menjawab hubungan dua orang yang akan ke jenjang lebih serius itu.

Baby menarik rambut belakang Agam, tersenyum di sela lumatan Agam yang tergesa-gesa. Lidahnya sekarang bahkan sudah diajak Agam untuk bergelud, memang pacar yang memakai kesempatan sebaik mungkin ya Agam. Baby menahan tangan Agam yang sudah mengelus pinggangnya. Baby menahan dada Agam saat sepertinya Agam sudah terbawa nafsu lebih jauh. "Kalau lanjut bukannya abang yang malam pertama, malah kita."

Ucapan gadisnya membuat Agam tersenyum geli. Ia menarik Baby dan membawa tubuh mungil itu ke pelukannya. "Nakal! Baby nakal!" gemas Agam sambil memukul pantat Baby pelan.

Baby terkekeh. "Maaf Baby prank."

"Jelek emang pacar aku ini."

Baby tersenyum mendengar itu. Tangannya mengelus bahu Agam lalu mengecup sekilas rahang Agam. "Ayok turun, gak enak sama mama kalau lama-lama di sini."

Agam melepaskan pelukannya, menatap Baby dengan ekspresi melasnya. "Padahal masih mau meluk."

"Biasanya juga tiap hari meluk. Gak usah banyak alasan, ayok om sebelum om dipecat sama kak Dar jadi calon adik iparnya loh."

Agam mengangguk-anggukkan kepalanya. Lelaki yang sekarang sudah 28 tahun itu terduduk dengan malasnya sambil melihat kekasihnya yang tengah membenarkan riasan di depan kaca. "Kenapa? Lipstik kamu gak hilang kan?"

"Hilang dikit."

"Katanya lipstik mahal, dipakai cipokan hilang aja. Besok beli yang lebih mahal lagi lah."

Baby menatap Agam dari kaca di depannya. "Mau semahal apapun kalau yang beliin lipstik minta kiss terus ya sama aja. Gak ada, lipstik Baby masih banyak."

Agam menghentikan gerakannya mengancingi kemejanya dan menatap Baby heran. "Dua hari yang lalu kata kamu warna lipstik kamu kurang tiga lagi."

"Iya tapi sekarang udah dan Baby lagi gak butuh lipstik baru."

"Malak dari siapa kamu?"

Baby membalikkan tubuhnya, melipat tangannya di dada dan menyandarkan tubuhnya di ujung meja rias. "Punya kakak ipar ya harus dimanfaatin lah."

"Bertambah lagi dompet pribadi kamu."

Baby menyengir. "Lumayan om. Papa, mama, bang Denand, kak Dar, pacar Baby, nah tambah satu lagi kalau ngasih tiap bulan 5 kan lumayan."

"5.000?"

"Cuma bisa beli cimol kalau segitu om."

Agam menggelengkan kepalanya, Baby sebenarnya kalau tidak kumat setan belanjanya gadis itu tidak akan boros. Tapi, kalau sekali keluar setan belanja itu seperti hampir seluruh toko di mall gadisnya itu masukin. Efek putri satu-satunya di keluarga sepertinya sangat berpengaruh kepada sifat Baby yang seperti itu.

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang