15

130K 4.7K 46
                                    

Baby tersentak saat ia terbangun. Matanya langsung menatap sekitar dan saat indera penciumannya mencium wangi yang sangat ia kenali ia langsung mendesah lega. Menatap jam dinding dan pukul satu siang, itu berarti sudah tiga jam-an ia tertidur. Ia menggerakkan otot-otot tubuhnya, tubuhnya rasanya pegal.

"Om ...." rengek Baby sambil berteriak.

Ah iya sudah tidak peduli kalau ia hanya memakai kemeja kebesaran milik Agam tanpa ada dalaman. Lagi pula Agam sudah melihat bagian atas miliknya.

Baby berdecak saat Agam tidak menjawab ataupun masuk ke dalam kamar. Dengan terpaksa ia bangun, menginjakkan kakinya di atas karpet berwarna abu-abu dengan corak putih. Dan ia lagi-lagi baru menyadari bahwa celana pendek nya sudah berganti. Apakah Agam yang menggantikannya?

Baby menghentakkan kakinya ke lantai. Sebal, katanya Agam tidak akan pernah melihat bagian bawahnya. Tapi, ternyata ini apa? Siapa lagi yang memakainya celana kecuali lelaki itu?

Ia membuka pintu ruangan dengan kesal. "Om!" Tapi setelah itu rasanya ia ingin langsung menghilang dari permukaan bumi. Agam sedang berbincang dengan Mr. Aryanto, Baby tau karena itu partner kerja papanya juga. Apa yang akan di katakan lelaki 60 tahunan itu kepada papanya nanti!

Baby mengulum bibirnya, ia tersenyum kaku sambil membungkukkan tubuhnya. "Om."

Mr. Aryanto yang menatap putri temannya itu terkejut, apalagi pakaian yang di kenakan hanya kemeja kebesaran dan celana pendek yang hanya setengah paha. Ia melirik Agam, lelaki itu menatapnya sambil tersenyum sopan.

"Baby kekasih saya, pak."

"Ah, iya, iya." Ia menatap Baby yang terdiam kaku masih di depan ruangan yang ia pastikan itu kamar. "Iya, Baby. Gimana kabarnya, baik?"

Agam melirik Baby, ia mengkode agar gadis itu duduk di sampingnya. Sambil berjalan Baby menjawab, "Baik, om. Om sendiri gimana?"

"Baik juga. Udah lama saya gak liat kamu, terakhir liat dua tahun lalu eh sekarang dah gede, udah punya pacar juga," ucap Mr. Aryanto sambil melirik Agam.

Baby tersenyum canggung, ia menganggukkan kepalanya. "Hehe, iya, om."

"Padahal niat om kamu mau om jodohin sama Aron, dia seneng liat kamu."

Terkutuklah Mr. Aryanto! Baby sudah melihat tangan Agam yang mengepal di samping tubuh lelaki itu, tetapi tetap memperhatikan senyum profesionalnya.

Baby menggaruk tengkuknya. "Baby gak suka di jodohin juga, om."

"Jadi, bagaimana kelanjutan program kerja sama kita, pak Aryanto?"

Baby hanya menunduk saat kedua orang di depannya sudah serius membicarakan masalah perusahaan. Ia memilin jarinya, memilin kemeja yang ia pakai, ataupun matanya menatap sekeliling yang bisa ia lihat saat menunduk.

"Terima kasih atas kepercayaan bapak sudah memilih perusahaan saya sebagai partner pembangunan strategis."

Baby langsung mengangkat pandangannya dan ikut berdiri setelah mendengar itu. Ia menerima jabatan tangan Mr. Aryanto sambil tersenyum.

"Semoga langgeng sama pak Agam."

Baby mengangguk. "Makasih, om."

Baby ikut mengantarkan Mr. Aryanto hingga ke pintu ruangan Agam. Di sana ia melihat Sella-- sekretaris Agam yang tersenyum ke Mr. Aryanto.

Agam melirik gadisnya sekilas dan saat pintu lift Mr. Aryanto sudah tertutup ia langsung menutup pintu ruangannya. Tapi, beberapa detik kemudian ia buka dan mengatakan kepada Sell. "Siapapun yang mencari saya tanpa ada jadwal dahulu bilang saja saya sedang tidak di kantor. Kalau emang di rasa penting, hubungi nomor pribadi saya."

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang