24

98.1K 4.1K 150
                                    

Yok di part sebelumnya genapin dulu komennya sampai 20
Di part ini jangan lupa komen jugaa

***

"Loh, Agam kok udah di sini?"

Agam tersenyum malu, ia menggaruk tengkuknya. "Tadi pagi Baby nelpon Agam, Agam panik kirain ada apa jadi langsung ke sini."

Ana mencari ke belakang tubuh Agam. "Terus sekarang anaknya ke mana?"

"Masih tidur."

"Gak sekolah?"

"Habis nangis semaleman, ma," ucap Denand sambil mengecup pipi Ana.

"Pasti overthinking lagi tuh bocah."

Denand terkekeh mendengar ucapan namanya. "Mungkin."

"Agam sarapan dulu."

"Eh, iya tante, nanti aja Agam nunggu Baby."

Ana mengangguk. "Ya udah."

"Gak ke kantor?"

Agam menggeleng, ia duduk di sofa ruang keluarga. "Mana bisa fokus gue sebelum Baby cerita. Di handle dari rumah aja bisa."

"Pakai baju gue sana, mandi lo."

"Gak muat."

Denand mengernyit, ia menatap Agam dari atas sampai bawah. "Ukuran kita sama Gam, gak usah sok gendut lo."

"Sempaknya gimana?"

"Ogah gue minjemin lo kalau yang itu! Beli sana!"

Agam terkekeh. "Ya ini gue lagi nunggu baju. Gue juga gak mau pakai bekas punya lo yang jamuran."

"Agam setan! Punya gue bersih tanpa jamur, kudis, kurap, panu apalagi bulu!"

"Gak percaya gue sebelum liat langsung."

"Gue tonjok lo lama-lama." Denand duduk di samping Agam, ia mendekatkan dirinya ke Agam. "Ngomong-ngomong, punya lo ada bulunya gak?"

"Denand bangsat!"

***

Agam mengelus lembut pipi Baby. "Sayang, bangun, sarapan dulu."

"Eunghh ...."

Agam menatap tangannya yang di singkirkan Baby, ia menggelengkan kepalanya. Sekarang tangannya ganti mengelus rambut Baby. "Udah jam sembilan, honey."

"Hemm."

Agam menarik tangan Baby hingga tubuh itu bangun dari tidurnya. Dengan cepat ia merubah posisinya menjadi duduk di belakang Baby. Tubuh Baby ia sandarkan di dadanya. "Hei, bangun," ucap Agam sambil mengelus perut Baby.

"Masih ngantuk, om."

Suara khas dari orang bangun tidur dan tubuh Baby yang semakin bersandar di dadanya membuat Agam berdecak. Agam menepuk-nepuk pelan perut Baby. "Cacing yang ada di sini nanti ngamuk loh."

Baby dengan terpaksa membuka matanya secara perlahan. "Baby gak cacingan ya!"

Agam tersenyum, ia mengecup pucuk kepala Baby. "Kirain cacingan, kamu makan banyak tapi badannya segini terus."

"Enak aja kalau ngomong." Tubuh Baby meluruh dan matanya terpejam kembali, sekarang kepalanya berada di paha kanan Agam.

Agam mengelus mata Baby yang terlihat membengkak. "Kenapa semalem?"

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang