36

75.2K 3.2K 83
                                    

Baby menghela nafas panjang saat Arga tiba-tiba berada di depannya. Alis yang terangkat sebelah menandakan tatapan bertanya apa maksud Arga menghampirinya.

"Gak usah sok dingin, gue tau lo cerewet banget."

"Apa? Kalau gak ada kepentingan minggir, Baby mau makan."

Hilma yang berada di samping gadis itu sudah menarik lengan Baby tetapi nyatanya Baby masih menunggu Arga untuk berbicara. "By, ayo, ngapain sih lo urusin cowok gak guna kayak dia?"

Baby hanya tersenyum kecil menjawab itu. "Apa? Penting gak? Enggak kan? Baby duluan."

"Putus sama bang Agam, dia mau di jodohin mama."

Baby yang sudah beranjak beberapa langkah langsung terhenti. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap Arga dengan kening berkerut. "Itu yang mau di sampein? Baby udah tau dari kemarin sejak sapi ke sini kali."

"Sapi?"

"Iya, tante-tante itu yang muka sama leher belang kan? Dia yang mau di jodohin sama mas Agam kan?"

Arga menganga mendengar Baby menekan kata 'mas' untuk abangnya. "Lo udah tau?"

"Di kira mas Agam gak ngasih tau? Ngasih tau, langsung di hari itu. Hello, hubungan kami gak sekecil itu, Arga."

Arga menatap Baby tidak percaya. "Beneran?" Ia sekarang seperti lelaki bodoh di hadapan Baby.

Baby mengangguk. "Lain kali kalau mau nyari topik sama Baby tuh jangan tentang putus sama mas Agam aja, cari yang lain banyak. Google ada, manfaatin ya. Capek Baby denger Arga kalau nyamperin ke sini selalu nyuruh Baby putus. Kalau Baby gak sayang sama gak percaya sama mas Agam Baby juga bakalan putus sendiri kok."

Hilma yang berjalan di samping Baby tersenyum bangga, ia menyenggol pundak Baby. "Sahabat gue nih bos, senggol dong."

Baby terkekeh, ia menoleh ke belakang sekilas untuk melihat Arga. Terlihat di sana Arga tengah menundukkan pandangannya. Mungkin, mungkin nih ya maksud Arga baik agar Baby tidak sakit hati, tapi terkadang cara pemuda itu salah.

"Lo udah manggil om lo mas?"

Baby menggidikkan bahunya sambil tersenyum. "Biar dia panas, sebenernya aneh manggil om Agam pakai mas."

"Harusnya emang lo panggil abang atau mas, By, gue takut kalau lo manggil om terus pandangan orang jadi buruk ke lo."

Baby mengangguk. "Iya, Baby paham, di depan keluarga Baby manggil abang, di depan Arga manggil mas, tapi kalau di depan om Agam langsung Baby susah manggil itu, gak tau kenapa."

Hilma mengacak-acak rambut Baby. "Adek gue udah punya cowok, gue kapan ya?"

"Mama dulu mau Baby jodohin sama bang Denand gak mau."

"Ketuaan untuk gue, gue gak suka yang sedewasa itu," jawab Hilma sambil merangkul Baby. Sebenarnya ia lebih tua satu tahun dari Baby, tapi karena ia telat masuk sekolah makannya akhirnya satu angkatan dengan gadis itu.

"Tiba-tiba nanti jadinya sama kak Daren."

"Bang Nand aja gak mau apalagi sama bang Dar, By! Ih ngadi-ngadi lo."

"Liat aja."

***

Agam langsung mengecup kening Baby saat gadis itu baru saja memasuki mobilnya. "Mukanya kusut amat princess."

Baby memeluk lengan Agam manja. "Baby gak bisa ngerjain ulangannya om ...."

"Semalem udah belajar sama aku, kenapa gak bisa?"

Om CEO [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang