Flashback on ....
Agam menatap bingung mamanya. "Ma, apa sih?!"
Aina menatap Agam kaget, tapi kemudian wanita paruh baya itu menetralkan wajahnya kembali. "Apa?"
"Mama pikir Agam gak tau mama ngomong apa sama Baby? Baby pacar Agam, kenapa malah mama suruh pacaran sama Arga? Gak habis pikir aku sama mama."
Aina memutar bola matanya malas. "Kamu gak cocok sama anak childish kayak dia, terlalu jauh juga umur kalian."
"Terus kalau sama Arga bisa cocok? Enggak, ma. Umur jauh? Mama pernah bilang sama Agam 'Umur gak jadi penghalang untuk cinta' tapi sekarang apa? Ingatan Agam gak seburuk itu. Mama kenapa sih? Jangan mentang-mentang Arga anak kesayangan mama."
"Mama juga sayang sama ka-"
"Bullshit! Gak ada itu. Agam dari kecil sampe sekarang gak pernah dapat perhatian mama, waktu papa meninggal aja mama cuma semingguan perhatiin Agam, tapi setelahnya? Gak ada, ma. Mama bahkan sebelum punya Arga juga gak pernah suka sama Agam."
"Kenapa jadi bahas ke sana? Ini tentang gadis kecil kamu itu, bukan ke arah sana, Gam!"
Agam terkekeh, ia tersenyum miring. "Ya, ya."
"Kamu ngertiin adik ka-"
"DIA BUKAN ADIK AGAM! DIA ANAK YANG TERLAHIR DAN BUAT PAPA JADI GAK ADA!"
"Kamu sampe sekarang mikir itu bukan adik kandung kamu? Kamu gi-"
"AGAM TAU SENDIRI KELAKUAN MAMA DI BELAKANG PAPA GIMANA. AGAM JUGA MASIH INGAT GIMANA TULISAN DI KERTAS ITU BAHWA ARGA PUTRA KILLIAN BUKANLAH ANAK KANDUNG BAPAK ANDERSON KILLIAN." Agam memejamkan matanya sambil menghela nafas panjang, menetralkan emosinya yang sudah di ujung. "Agam gak mau inget ini tapi mama yang buat Agam jadi inget lagi. Agam udah mau hilangin rasa benci Agam ke mama, tapi kelakuan mama malah kayak gini. Agam udah berapa lama gak nginjakin kaki di rumah ini, ma? Tiga tahun. Tiga tahun harusnya mama sadar kenapa anak yang mama bilang sayang ini gak mau ke sini lagi dan sekarang memutuskan ke sini untuk minta restu. Agam mau serius sama Baby dan Agam masih nganggap mama orang tua tunggal Agam makannya Agam minta restu. Tapi, mama malah bilang supaya Baby sama anak kesayangan mama yang itu."
"Adik kamu udah suka Baby dari tiga tahun yang lalu tapi Baby malah jual mahal sama dia!"
"Selera Baby dollar, ma, bukan recehan kayak dia, makannya Baby gak mau."
"Kamu sebagai abang ngertiin dia, kamu juga cowok jadi harusnya paham gimana perasaan adik kamu kalau tau cewek yang dia suka jadi pacar kakaknya sendiri, Agam!"
Agam menggidikkan bahunya. "Mama pikir Agam peduli? Tidak."
"NGALAH SAMA AD-"
"GAK ADA KATA NGALAH UNTUK CINTA, MA! Agam udah suka sama Baby dari lima tahun yang lalu tapi Agam paham Baby masih minor makannya Agam akhirnya pacaran sama si 'dia'. Dan sekarang, Agam berhasil dapatin Baby terus Baby bakalan Agam lepas gitu cuma demi anak setan kayak Arga? GAK BAKALAN."
Agam langsung pergi dari hadapan Aina setelah mengatakan itu. Dan, telinganya masih cukup jelas untuk mendengarkan teriakan Aina.
"HUBUNGAN KAMU SAMA DIA GAK BAKALAN LANGGENG!"
Flashback off ....
Agam menghela nafas panjang, pintu di belakangnya belum mau terbuka juga. Inilah alasan mengapa ia tidak mau memperkenalkan Baby kepada keluarganya. Papanya sudah meninggal 17 tahun lalu di umurnya yang ke-8 tahun. Dan mamanya? Ahh, rasanya tidak ingin memanggil mama, tapi Agam sadar tanpa wanita itu Agam tidak mungkin ada di dunia. Mamanya adalah wanita yang tega mengkhianati papanya dan akhirnya hamil Arga. Dan saat Arga lahir, papanya langsung terkena serangan jantung akibat melihat tes DNA bahwa Arga bukanlah anak kandungnya. Ya, itulah sisi gelap keluarganya.
Agam mengepalkan tangannya, memori saat kecilnya muncul kembali. "Bangsat."
Agam memejamkan matanya, mulai menarik nafas dan menghembuskan nafasnya dengan teratur. Ia harus bisa menghalau emosinya. Tubuhnya bersandar di pintu apartemen Baby. Untung saja gadis itu memiliki apartemen di kamar paling atas, jadi jarang orang yang berlalu lalang di depannya.
Baru saja memejamkan mata sejenak, ia dikejutkan dengan pintu yang terbuka dan berakhir dengan tubuhnya yang terjengkang. Matanya langsung menatap gadis yang tengah membulatkan matanya.
Dengan sisa kesadaran yang masih ada, Baby langsung berlari ke kamarnya, membiarkan Agam yang masih teelentang di pintu kamarnya. Ia tidak menyangka Agam yang masih berada di pintu apartemennya. Dan salahnya, mengapa ia tadi tidak melihat CCTV terlebih dahulu.
Baru saja akan menutup pintu, pintu kayu berwarna putih di dorong oleh Agam dari luar. Baby berdecak, sia-sia.
"Sayang ...."
Agam menutup pintu kamar di belakangnya, ia berjalan menghampiri Baby yang sudah duduk di pinggir jendela. Gadis itu sangat menyukai spot di samping jendela, jadi tidak heran di kamar manapun milik gadisnya pasti akan di temukan spot itu.
"Om ngapain? Baby masih males. Liat om serasa liat wajah mama om."
Agam tersenyum tertahan, gadisnya begitu jujur. "Hei," ucapnya sambil menggenggam tangan Baby.
Baby membiarkan tangannya di genggam oleh Agam. Tatapannya masih terus tertuju ke depan, membiarkan Agam melakukan apa terhadap jemarinya.
"Maaf, pertemuan pertama kamu sangat-sangat tidak mengenakkan. Aku tau ini pasti sakit untuk kamu, ini nyesek, tapi dengerin penjelasan aku dulu."
"Ngomong aja."
Agam menghela nafas panjang. "Aku sama mama memang punya hubungan yang gak baik dari awal. Awalnya aku juga ragu mau ngenalin kamu ke mama karena aku tau sifat mama kayak gimana. Tapi, karena aku udah janji sama bang Daren untuk ngenalin kamu ke orang tua, akhirnya beginilah."
Baby menghela nafas panjang, ia yakin kakaknya yang jauh di sana pasti akan mengurusinya. "Tapi, yang di bilang mama om bener."
"Bener apanya? Gak ada yang bener. Jangan aneh-aneh, sayang, aku gak mau."
"Baby gak mau cuma gara-gara cinta om di kutuk jadi batu karena akhirnya jadi anak durhaka. Om cuma punya mama, Baby tau itu. Dan itu membuat Baby berfikir, satu-satunya restu yang di harapan mama om, dan mama om gak ngasih restu untuk hubungan kita. Restu mama aja gak dapat, gimana kita bisa lanjutin ini? Restu Allah itu tergantung restu orang tua."
"Sayang ...."
Baby menghadap Agam, ia tersenyum lembut. Tangannya ikut menggenggam tangan Agam. "Jadi, kayaknya hubungan kita sampai di sini aja."
***
TBC ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Om CEO [Selesai]
Romance"Lah, om Agam gak mau jadi suami Baby?" Agam menghentikan langkahnya. "Kamu ngelamar saya?" "Gak lah, Baby cuma nanya aja. Om mana mau sama bocil. Tapi, kalau Baby mah mau-mau aja sama om." Agam menarik tangan Baby hingga gadis itu masuk ke dalam pe...