6. Lee Jaemin

49.8K 6.1K 1.3K
                                    

Tok tok tok!

Jeno mengetuk pintu kamar Jaemin. Namun tak ada jawaban dari saudaranya itu.

"Jaemin~ah, kau tidak mau makan malam?"

Jeno lantas membuka pelan pintu kamar itu. Dia menemukan Jaemin tengah fokus berkutat dengan laptopnya.

"Jaemin~ah—"

"Sepertinya kau lupa kalau kamar ini bukan kamarmu lagi." Potong Jaemin dengan suara datar.

"Kau tidak bisa masuk ke dalam kamarku tanpa seizinku."

Jeno menghela nafas pelan.
"Mungkin sekarang ini kamarmu. Tapi ini bukan rumahmu. Aku juga berhak masuk ke ruangan mana pun di rumah ini."

Jaemin terkekeh pelan.
"Kau tahu privasi?"

"Jaemin~ah—"

"Aku rasa kita sudah cukup dewasa untuk memiliki privasi masing masing, bukan? Dulu kita memang selalu berbagi segalanya. Tapi sekarang tidak lagi."

"Jadi tuan Lee Jeno, urus urusanmu sendiri dan jangan perdulikan aku. Sekarang keluar."

"Kenapa kau menjadi seperti ini?" Tanya Jeno.

Jaemin mengerutkan keningnya.
"Menurutmu?"

"Ini bukan dirimu Jaemin."

"Tahu apa kau soal diriku?"

"Kau buka Jaemin yang kukenal."

Jaemin lantas tertawa pelan mendengar penuturan Jeno.
"Bukankah 8 tahun adalah waktu yang cukup untuk mengubah seseorang?"

"Lagipula sekarang aku tak lagi menganggapmu sebagai saudaraku." Sambung Jaemin.

"Kau marah?" Tanya Jeno.

"Kau menghilang selama 8 tahun dan sambung sekali tak mengabaikan sekalipun. Apa yang kau lakukan di Kanada? Kau melakukan pengobatan, atau...."

"Apa yang kulakukan di Kanada bukan seperti yang kau pikirkan, Jaemin."

"Kau CEO L.JN Group. Kau sepertinya tak melakukan pengobatan seperti yang appa katakan. Jadi kau meninggalkanku dalam keadaan terpuruk sejak kematian Jisung dan malah membangun bisnis disana?"

"Bukan seperti itu, Lee Jaemin."

"Lantas apa?"

Jeno diam sambil menatap Jaemin datar.
"Kau sepertinya tak membutuhkan lagi kasih sayang."

"Tentu saja. Aku tak membutuhkan lagi kasih sayang dari siapapun."

Jeno lalu mengangguk pelan.
"Baiklah, kalau itu yang kau mau."

"Aku tak akan bersikap baik lagi terhadapmu, begitu pula sebaliknya. Sepertinya hubungan kita sebagai saudara sudah tak berguna lagi." Sambung Jeno.

"Baguslah kalau kau sadar." Balas Jaemin santai.

Jeno lantas berbalik dan keluar dari kamar Jaemin.

Lelaki itu lalu mengambil ponselnya di atas meja ruang makan dan menelepon Haechan.

"Haechan~ah, kita harus bicara."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rain || NCT dream [PRE ORDER!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang