Malam itu hujan deras.
Jeno kini tengah melamun di kamarnya, awalnya Renjun berniat untuk menemani Jeno setelah pemakaman Jaemin, namun lelaki itu menolak, dia bilang dia sedang ingin sendiri.
Jeno kini menatap ke arah jendela, dimana petir bersahut sahutan di tengah tengah hujan deras.
Dia dan Jisung suka hujan. Namun hujan kali ini terdengar sangat menyakitkan.
Jeno kini menatap lem putih yang ada di genggamannya.
"Kalau kau ingin menyayat lenganmu, lebih baik kau oleskan saja lem putih ini di tempat dimana kau ingin menyayat nya. Tunggu sampai kering, dan selagi kau menunggu lemnya kering, pikirkan kenapa kau ingin melukai dirimu sendiri."
Jeno merasa sangat bodoh mengingat dia pernah mengatakan hal itu pada Jaemin.
Percuma. Rasanya tak sesakit yang dia kira.
Jeno menarik beberapa lem putih yang sudah mengering itu di tangannya dengan kasar. Tak ada ringisan, hanya ada rasa sesak yang membuat sakit itu tak begitu terasa.
Jeno mengusap wajahnya. Sekarang sudah lewat tengah malam, namun dia tak bisa tidur sama sekali.
Lelaki itu mengusap wajahnya kasar. Lalu bangkit dan berjalan keluar kamar. Jeno berniat pergi ke kamar Jaemin, ya dan kamarnya juga... Dulu.
Cek lek!
Lelaki itu menatap seisi kamar, kamar yang tangannya sama sekali tak berubah setelah ditinggal pemiliknya. Jeno mendekat ke arah meja kerja Jaemin. Ada banyak berkas berkas perusahaan, dan beberapa benda benda lainnya.
Jeno duduk di kursi tempat dimana saudara kembarnya itu biasa duduk untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Jeno membuka laci di sebelah meja lelaki itu. Ada banyak lem putih yang tersusun rapi disana. Jeno tersenyum lirih menatap beberapa botol lem putih itu.
Dia kembali diliputi rasa sesak untuk yang kesekian kalinya. Ketika Jeno kembali membuka laci yang lain, disana ada sebuah kotak besar dengan tulisan,
Barang berharga, tidak ada yang boleh menyentuhnya selain Lee Jaemin!
Jeno terkekeh pelan melihat tulisan itu, persetan dengan larangan yang dibuat saudara kembarnya, Jeno mengambil kotak yang sudah sedikit berdebu itu.
Jeno membukanya, bibirnya membentuk senyuman tipis ketika melihat isi kotak itu. Benda pertama yang dia lihat adalah sebuah kitak berisikan kalung yang pernah Jeno berikan sebagai kado ulang tahunnya.
Lalu ada beberapa foto foto, dan sebuah buku diary yang sedikit usang disana. Jeno membuka buku diary itu, halaman pertama adalah tulisan tangan Jaemin.
Jika yang membuka buku ini adalah Jeno, aku harap ini akan menjadi kado ulang tahun untukmu, ini diary milikku selama di rehabilitasi di rumah sakit jiwa, dan terkadang aku juga menulisnya baru baru ini, maaf karena tak berani memberikannya secara langsung.
Tak ada yang spesial dari buku itu, Jeno sudah membaca setengahnya, dan semuanya tentang Jisung. Jeno jadi menyadari seberapa besar kasih sayang saudara kembarnya itu untuk adik mereka.
1. Jisung sangat suka ramyeon, dulu dia selalu masuk ke kamarku di jam 2 pagi dan membangunkanku lalu merengek aku dibuatkan ramyeon.
2. Jisung juga sangat mudah sakit. Jadi setiap kali dia sakit atau tidak enak badang, dia akan datang ke kamarku dan meminta untuk memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain || NCT dream [PRE ORDER!!!]
Fanfic[SEQUEL Dear Jisung] Musuh tetaplah musuh, meski dia adalah saudara kembarmu sendiri. Prinsip hidup itu yang dipegang pengusaha sukses bernama Lee Jaemin. Lelaki yang penuh dendam pada saudara kembarnya sendiri. Karena saudara kembarnya itu adalah...