39. Depression

31.4K 3.7K 235
                                    

Haechan sedari tadi menekan bel rumah Jaemin. Sejak pagi, perasaannya mulai tidak enak. Haechan mengkhawatirkan sahabatnya itu.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Haechan lantas membuka pintu utama rumah mewah itu.

"Kenapa tidak dikunci?" Gumam Haechan pelan.

Lelaki itu lantas masuk ke dalam rumah.

"Jaemin?!" Panggil Haechan. Namun tak ada yang menyahuti panggilannya.

Haechan berjalan menelusuri rumah tersebut, matanya membulat ketika melihat pecahan kaca di ruang makan dengan selai kacang yang berceceran di lantai.

Haechan lantas menaiki tangga, membuka satu persatu kamar dengan wajah panik. Namun Jaemin tetap tak ada disana.

Haechan lantas berlari menuju halaman belakang, betapa kagetnya dia ketika melihat puncak kepala Jaemin mengambang di kolam renang.

"JAEMIN!!!"

Tanpa pikir panjang, Haechan segera melompat ke kolam dan menarik tubuh Jaemin keluar dari sana.

Haechan lantas membaringkan tubuh Jaemin di pinggir kolam. Wajah lelaki itu sudah memucat dan membuat Haechan semakin takut.

"Jaemin, kau dengar aku?!!"

Haechan lantas memberikan pertolongan pertama, lelaki itu terus menekan dada Jaemin berharap jika sahabatnya itu sadar.

"Jaemin!!! Ayo bangun!!!!"

Tak lama, Jaemin terbatuk keras sambil memuntahkan air. Haechan lantas bisa bernafas lega dan membantu Jaemin duduk.

"Yakk, kau gila?! Apa yang baru saja kau lakukan?!!! Bagaimana kalau aku tidak datang tadi?!!!" Ucap Haechan kesal.

Jaemin tak menanggapi ucapan Haechan. Lelaki itu hanya menatap sekitarnya.

"Aku masih hidup?" Ucapnya pelan.

"Jangan berbicara melantur! Untung saja aku datang, kalau tidak, kau bisa mati!!!!"

Jaemin lantas menoleh pada Haechan.
"Untuk apa kau datang?"

"Mwo?" Haechan menatap Jaemin bingung.

"Aku memang mau mati. Kenapa kau menolongku?"

Haechan lantas berdecak pelan.
"Kenapa kau melakukan itu?! Jisung juga apsti tidak akan senang kalau kau seperti ini!"

"KALAU BEGITU KENAPA DIA MEMILIH MATI?!!!" Pekik Jaemin frustasi.

Haechan terus menatap Jaemin.
"Jaemin~ah..."

"Setiap manusia pasti memiliki waktu untuk menyerah..."

"Aku sudah minta maaf padanya, aku juga sudah menemaninya disaat saat sulit, tapi kenapa dia memilih pergi begitu saja?"

Haechan menghela nafas pelan.
"Kau ingin Jisung merasakan sakit terus menerus?"

Ucapan Haechan lantas membuat Jaemin terdiam. Ya, Haechan benar.

"Kau lihat bagaimana Jisung terbaring lemas di rumah sakit, kan? Kau lihat berapa banyak selang yang dipasang ke tubuhnya, berapa banyak obat yang dia minum setiap harinya, dan berapa banyak makanan yang selalu dia muntahkan. Kau tidak sakit melihat Jisung seperti itu?"

"Jadi, bukan berarti Jisung balas dendam dan ingin meninggalkanmu. Dia hanya sudah lelah dan tidak tahan lagi menahan rasa sakit..."

Saat itu, Jaemin perlahan mulai mengerti alasan kenapa Jisung pergi.

Rain || NCT dream [PRE ORDER!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang