9. Old Wounds

44.1K 5.6K 915
                                    

"Jadi, kau baru saja kembali semenjak menghilang 8 tahun yang lalu tanpa kabar?"

"Begitulah..."

"Saat itu, kau sudah tahu kalau Jisung meninggal."

"Aku sudah tahu..."

Jeno dan Renjun kini berbicara berdua di rooftop gedung J&J company. Haechan baru saja meninggalkan keduanya disana dan pergi menyusul Jaemin.

Renjun menghela nafas pelan, lalu menatap Jeno.
"Kau tahu kau salah, kan?"

"Aku tahu..."

"Lalu saat kau tahu Jisung sudah meninggal, kenapa kau tidak kembali ke Korea?"

"Aku punya alasan..."

"Jangan bilang kau tak ingin melihat pemakaman Jisung?"

Jeno lalu menatap Renjun, lalu mengangguk.
"Aku merasa tak pantas menunjukkan wajahku di depan makam Jisung."

"Tunggu, tunggu, tunggu. Jadi.... Kau bahkan masih belum pergi ke makam Jisung sampai sekarang?" Tanya Renjun tak percaya.

"Iya..."

Renjun membulatkan matanya, dia lantas menatap Jeno serius.
"Kau bukan lelaki pengecut seperti itu, kan?"

"Aku tahu..."

"Lalu kenapa kau masih belum mengunjungi Jisung?"

"Setelah apa yang kulakukan padanya, kau pikir aku sanggup melihat nisan Jisung?"

"Jeno~ya..."

"Kau ingat, saat kita pertama kali bertemu?" Tanya Renjun.

"Yakk, kenapa kau menangis?"

"Aku takut..."

"Apa yang kau takutkan?"

"Aku... Aku tersesat..."

"Kata ayahku, anak lelaki tak boleh menangis. Jadi jangan menangis, atau kau akan dianggap lemah..."

"Siapa namamu?"

"Huang Renjun..."

"Dimana kita bertemu saat itu?" Tanya Renjun.

"Entahlah, mungkin sekitaran sungai Han..." Balas Jeno.

"Waktu itu kau menemukan sedang menangis di jalanan seperti orang bodoh hanya karena tersesat. Sementara kau tampak biasa saja padahal kau baru saja kabur dari rumah."

"Saat kita duduk berdua dan berbicara di sungai Han itu, kita bercerita kisah hidup kita untuk yang pertama kali."

"Kenapa kau keluar rumah malam malam begini?"

"Kau sendiri juga keluar rumah, kan?"

"Iya, benar..."

"Aku sedang marah dengan appa..."

"Kenapa?"

"Karena adikku baru saja tercebur kedalam kolam tadi siang. Dan kau tahu siapa yang disalahkan? Tentu saja aku. Aku benci disalahkan seperti itu. Aku benci sekali menjadi anak sulung, aku selalu ditampar appa padahal aku tak tahu dimana letak kesalahanku. Aku sudah tidak tahan lagi..."

"Kau punya berapa adik?"

"2, satu lagi adik kembarku..."

"Justru aku senang memiliki adik..."

"Setidaknya, aku tidak kesepian..."

"Baba selalu memarahiku juga. Bahkan tak segan menyiksaku, aku hanya diam saja karena aku tahu jika dia frustasi semenjak Mama meninggal...".

Rain || NCT dream [PRE ORDER!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang