Jaemin kini berdiri termenung di jendela ruang kerjanya.
Pandangannya tertuju pada sebuah cafe di depan gedung perusahaannya yang kini tertutupi palang besar bertuliskan DIJUAL.
Matanya menatap kosong cafe yang sudah kosong itu. Cafe tempatnya selalu datang mencari seseorang, cafe yang merupakan tempatnya untuk menenangkan pikiran, atau meminta saran pada pemilik cafe itu.
Jaemin menatap kosong ke arah jendela.
Kalau dulu dia tahu akan seperti ini, Jaemin pasti akan memilih makan siang bersama Haechan di cafe nya, daripada makan siang bersama klien atau investor.
Kalau dulu dia tahu akan seperti ini, Jaemin pasti akan memilih berada di cafe Haechan untuk mengerjakan tugas lemburnya daripada berdiam iri di ruang kerja sampai Haechan yang datang sendiri untuk menemuinya. Itupun berakhir dengan Haechan yang pulang karena bosan menunggu Jaemin.
Kalau dulu dia tahu akan seperti ini, Jaemin pasti akan memilih untuk meminta Haechan menemaninya di ruang kerja, atau membiarkan lelaki itu menunggunya elesai rapat daripada harus menyuruhnya keluar.
Kalau dulu dia tahu akan seperti ini...
Jaemin pasti akan membiarkan Haechan terus menemaninya di ruang kerjanya, membiarkan lelaki itu menunggunya selesai rapat, atau menemaninya minum soju setiap dia lembur, daripada harus membuka pintu lebar lebar dan mengatakan.
"Pintu keluar sekarang terbuka lebar, Lee Haechan. Lebih baik kau kembali ke cafe mu daripada terus mengangguku disini."
Jaemin menyesal?
Ya, tentu saja.
Hyuck sudah lulus seminggu yang lalu, dan 5 hari setelahnya, dia dan ibunya memutuskan untuk pindah ke Jepang.
Ibunya memilih menjual semua cafe Haechan di Seoul dan memindahkan pusatnya dia Jepang.
Cek lek!
"AKU BILANG KETUK DULU SEBELUM MASUK!!!" Bentak Jaemin keras tanpa dia sadari.
Jeno yang berdiri diambang pintu terdiam sejenak, lalu menutup pelan pintu itu.
"Ada apa lagi, Lee Jeno?!"
"Diluar hujan, ayo kita pulang saja. Lagipula sekarang sudah hampir jam 1 pagi. Kau masih mau disini?"
Jaemin menatap Jeno tajam, lalu menggeleng.
"Kau pulang saja. Aku akan disini.""Lalu apa?! Kau akan menyakiti dirimu sendiri lagi, Lee Jaemin?!"
"Itu bukan urusanmu."
"Itu urusanku! Bagaimanapun juga, kau adalah saudara kembarku."
"Saudara kembar?" Jaemin menoleh menatap Jeno.
"Dengarkan aku Lee Jeno."
"Semakin dewasa umurmu, persetan kau memiliki ikatan saudara kembar atau tidak, pada akhirnya kau akan memiliki untuk sendiri."
"Kenapa kau mengakui ku sebagai saudara kembarmu, bukankah mengaku memiliki saudara kembar sampai dewasa itu adalah hal yang kekanak kanakan?"
"Kau tidak malu?"
"Lantas kau malu? Malu karena memiliki saudara kembar?" Tanya Jeno.
"Aku tidak malu. Lagipula untuk apa? Semua media di Korea Selatan juga sudah tahu."
"Aku hanya benci. Itu saja..."
"Menjadi saudara kembar itu melelahkan, Lee Jeno."
"Apapun yang kau lakukan, setiap gerak gerik mu, kau pasti akan dibandingkan dengan sudara kembarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain || NCT dream [PRE ORDER!!!]
Fanfiction[SEQUEL Dear Jisung] Musuh tetaplah musuh, meski dia adalah saudara kembarmu sendiri. Prinsip hidup itu yang dipegang pengusaha sukses bernama Lee Jaemin. Lelaki yang penuh dendam pada saudara kembarnya sendiri. Karena saudara kembarnya itu adalah...