Terbuka Saja

94 8 76
                                    

12 PM

Liz Pov

" sok atuh di minum eta coklatna, ulah ngahuleng wae ngke si Meneer nyerocos loh calon pamajikana ngahuleng wae ( silahkan di minum cokelatnya, jangan ngelamun aja nanti si Meneer nyerocos loh calon istrinya ngelamun terus)" cerocos gadis seumuranku.

Emma. iya Emma sahabatku sejak sekolah menengah pertama sampai sekarang. Dia selalu heboh kalau urusan aku sama Meneer Roy, shipper RoyLiz garis keras katanya. Aku cuma menatap cokelat hangat didepanku sambil memanyunkan bibir.

" Liz...".

Panggil perempuan cantik setengah Belanda setengah Indonesia menggenggam kedua tanganku dengan lembut, walau wajah cantiknya tertutup masker namun aura cantik keibuannya tidak luntur, dia adalah Nyonya Queen van Kemmen. Putri kedua dari pemilik perusahaan ini, istri dari William van Kemmen pemain biola handal.

" ja? (ya?)" sahutku dengan suara lesu.

" kamu mikirin Roy?" tanyanya lembut.

Aku melirik sahabat-sahabatku yang duduknya terpisah jarak karena protokol kesehatan.

" kalem... sok atuh lanjut hehehe, hayu pindah, markidin mari kita godin hehehe" ujar lelaki berambut gondrong membenarkan rambutnya.

Seolah bisa membaca pikiranku, lelaki yang suka membenarkan rambutnya alias Kang Ujang pindah ke tempat lain mengajak Emma dan Kakang Abimanyu. Mereka sudah duduk di tempat yang bersebelahan dengan tirai, bulan Ramadhan seperti ini cafetaria di kantor selalu ditutup dengan tirai sama seperti tempat makan pada umumnya.

Sahabat-sahabatku ini tukang godin alias kalau bulan puasa mereka sahur seolah puasa tapi diluar rumah mereka tidak puasa, pulang ke rumah mereka seolah puasa. Tidak patut ditiru.

" ik schaam me om te zeggen (aku malu ngomongnya)" aku menjawab pertanyaan dari Mevrouw Queen dengan cepat, pertanda bahwa aku malu.

" ahahahahaha iiihhh je falling in love with mijn broer jaaaaa????? (kamu jatuh cinta dengan kakakku yaaaa????) tadi aja manggilnya Mas Roy, waw terkejut eike ahahahaha" Ibu dua anak ini tertawa kegirangan sambil membuka maskernya.

Aku hanya tersenyum malu dibalik masker mendengar ucapan Mevrouw Queen " terbuka saja, tidak apa-apa daripada dipendem. Ntar tambah gak enak loh" lanjutnya menyesap cappuccino dengan elegan.

Apakah ini adalah insting seorang adik yang sangat dekat dengan kakaknya? Oke aku tidak bisa menutupi perasaanku lagi.

" ssssttt jangan keras-keras Mbak nanti orang-orang denger pada heboh".

Ku tempelkan jari telunjukku di bibir sambil melihat kiri dan kanan memastikan keadaan sekitar aman lalu aku meminum cokelat panas pelan-pelan.

" iya Mbak. Aku sudah jatuh cinta sama Mas Roy, bahkan aku sudah menerima dirinya... aku sudah punya perasaan yang sama, sama seperti Mas Roy mencintai dan menyayangiku dengan tulus. Mas Roy berhasil membuktikan ucapannya yang ia ucap didepan Oma dan aku, tujuh tahun bukan waktu yang sebentar tapi lelakiku bisa membuktikannya. Sehingga rasa percayaku kembali muncul. Ternyata masih ada laki-laki baik yang menghormati perempuan dan tidak menghancurkan perempuan".

Tak terasa bulir-bulir itu menggenang di pelupuk mataku, aku menghapus airmataku dengan selembar tisu. Mbak Queen tersenyum manis setelah mendengar jawaban dariku.

" jadi kamu udah siap jadi kakak iparku? Kakak ipar yang lebih muda delapan tahun dari adik iparnya ehehehe" tanya Mbak Queen memakan red velvet cake nya.

" siap Mbak".

Aku malu pas jawab pertanyaan calon adik ipar, ya udah aku cuma makanin zuppa soup sambil cengar cengir.

Lizzy, Ik Hou Van JouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang