Hukuman

70 4 70
                                    

Liz Pov

Capek deeeehhhhh.... suruh mijitin Meneer Roy yang hitutable mana Boss bawel ini lagi masuk angin pula, fyuuuhhhhh,,, alemong menghirup gas beracun made in Roy van Stolch ini mah. Oh Tuhan tolong lah aku jangan lah Kau biarkan diriku menghirup gas beracun dari Meneer cereweeeetttt... sekian sepenggal lirik dari lagu Tuhan Tolong yang di nyanyikan Derby Romero huhuhu.

" lah kok diem aja, wes makan?" tanya Meneer Roy yang tadi marah-marah jadi perhatian lagi, aku mijitin bahunya pelan.

" wes Meneer, Liz makannya banyak tadi pas di rooftop" jawabku dengan nada setenang mungkin walau hati ini masih gendok, namanya juga sekretaris pribadi harus profesional.

" ah ndak percaya Kangmas. Lah wong mijitnya aja ndak kerasa".

Dih protes, ya udah aku kencengin aja pijatanku hehehehehe. Aku heran deh... aku ini sekprinya atau istrinya? Masa si Meneer bawel kalo kasih hukuman khusus aku minta pijitin lah, bikinin teh manis atau kopi, pijitin kepala sama bahunya, aku makan harus mau di suapin kalo ngehukumnya di ruangan ini, kalo nganterin aku pulang harus lama di rumahku ngobrol sama Oma, ngolesin minyak angin di tengkuk sama pelipisnya bahkan aku di hukum suruh manggil Kangmas ke beliau. Baru nemu aku Boss kayak Meneer Roy hehehehe.

" aaaaaa!!!!! Bo ya pelan-pelan toh cah ayu mijitin Kangmas-nya ndak usah kenceng-kenceng gitu looohhh... koyo ono dendam pribadi wae ( kayak ada dendam pribadi aja)" cerocos Meneer Roy langsung cengkram kedua pergelangan tanganku dengan kencang sambil membalikan badan.

Aku terkekeh sambil melepaskan cengkraman tangan besar itu, Meneer Roy langsung manyun lanjut ngetik. Pengen ngakak tapi nanti hukumannya di tambah.

" hehehehe vergeef me Meneer ( hehehehe maafkan saya Tuan), abis katanya mijitnya gak kerasa" ucapku melanjutkan hukuman mijitin Meneer bawel.

" yo ndak di remes kenceng juga cah ayu, iki tulung pijitin punggung Kangmas" ucapnya kemudian ia memajukan badannya yang besar.

Aku cuma bisa nyengir sambil nguncir rambutku yang panjang sepinggang, kuncir buntut kuda.

" maaf Meneer, izinkan saya bertanya dan mengeluarkan keluh kesah saya terhadap Anda" izinku formal, setahun kerja disini aneh aku mah sama Meneer Roy.

Liz Pov End

Roy Pov

" monggo silahkan" ku persilahkan sekretaris pribadiku sing ayu tenan ngomong.

" tapi Meneer jangan ge-er" ucapnya memijat punggung ku, se.... kok punggungku agak aneh rasanya.

" iyo ndaaaakkk..." sahutku agak kesal.

" sebenarnya saya ini sekretaris pribadi Anda atau istri Anda? Saya heran aja sama Anda Tuan van Stolch, kenapa Anda kalau menghukum saya agak berbeda? Harus bikinin teh atau kopi, mijitin Anda, makan harus mau di suapin sama Anda, kalau pulang harus dianterin terus Anda sengaja ngobrol lama sama Oma, belum lagi kalau Anda masuk angin... pasti saya menghirup gas beracun dari dalam tubuh Anda Tuan van Stolch" protes gadis mungil idamanku, hehehe aku senyum-senyum loh cah ayu dengerin kamu protes nduk.

Aku berhenti ngetik kemudian membalikkan badan sambil tetap duduk di kursi warna hitam dan melepas kacamata silindris menatap gadisku ini sambil senyum sinis, maafin Kangmas nggeh cah ayu. Lihat kamu ketakutan Kangmas ndak tega tapi iki hukuman yang harus kamu terima cah ayu Liz sing ayu tenan calon istri Kangmas Roy.

" haaaaahhhh...." aku sengaja buang nafas sambil bersandar di kursi.

" Meneer bau, abis makan pete ya? Perasaan gak ada pete di pesta kecil-kecilannya Juffrouw Queen" omel sekpriku yang manis mundur sambil nutupin hidung.

Lizzy, Ik Hou Van JouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang