Kiprang yang masih ditahan Dukuniwati pun protes. "Kok gak dicegat, sih?"
Dukuniwati pun menjawab, "Kalo gue cegat nanti ga asik. Ceritanya cepat kelar dong," ujarnya.
"Heh, jangan ngancurin tembok keempat," tegur Kiprang.
"Yaudah, maaf." Dukuniwati pun melepaskan Kiprang.
"Tumben, dulunya kalian paling semangat soal berburu Pecel," komentar Kiprang.
"Pecel kali ini lebih berbahaya, Anak Muda," ujar Dukuniwati. "Aku tidak mau di antara kita mati."
"Memangnya kita bisa mati?"
"Kata siapa kita abadi?" balas Dukuniwati. "Aku memang tua, tapi aku tahu umur tidak ada yang tahu."
"Berarti sekarang harus apa? Masa diam saja?" Kiprang kembali menatap senternya. "Mantap, Senter Tenaga Surga."
"Lihat, bahkan khayangan pun mau membantu," ujar Dukuniwati. "Berarti kita yakin saja kalau Pecel-Pecel ini bakal kalah."
"Iya, tahu," balas Kiprang. "Tapi caranya? Masa diam terus?"
Dukuniwati menarik napas. "Baik, kita cari Kakeru dan si Gurita!"
Dukuniwati pun berjalan disusul Kiprang.
***
"L-lu kok bentuknya gitu?!" ujar Kakeru sambil menunjuk Estrogen. "Kayak Gh*ul!"
Kakeru tentu saja ngeri melihat wujud Estrogen yang seperti musuh manusia laba-laba itu. Lihat, hanya ada beberapa tentakel menempel di punggung Estrogen menggeliat liar bagai cacing terpenggal.
"Mana gue tau!" balas Estrogen. "Eh ini gimana ngebalikinnya sih?!"
Estrogen berjuang menenangkan tentakel yang meliar itu. Benar-benar merepotkan!
"Lah kok lu nanya gua?!" Kakeru berusaha tenang tapi malah keluar sisi ketakutannya terhadap anomali kehidupan.
"Ya 'kan elu pro pleyer!"
"Pro pleyer embahmu!" Kakeru menjauh, tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mendapatkan ide. "Estrogen!"
Yang dipanggil masih sibuk mengurus tentakelnya. "Apa?"
"Apa yang membuatmu kembali ke wujud manusia?" tanya Kakeru. "Jika saat lelah, engkau sebaiknya jogging dulu."
"Kamu tahu, mending kita tangkap Pecel saja!" Estrogen berjalan, melewati Kakeru. "Siapa tahu kekuatanku berkembang."
Kakeru diam saja. Dia pun menyusul Estrogen.
***
Sementara di ruang yang gelap seperti markas villain secara klise pada umumnya, terlihat dua pria sedang duduk berhadapan tapi tidak saling tatap.
"Apa maumu sebenarnya?" tanya Raja Kenzo.
Kamito yang sibuk memotong donut kentang tidak membalas.
"Oi!" tegur Kenzo. "Bicara!"
Kamito berdecak. "Aku sama sepertimu, karakter buangan."
Kenzo ber-"hah" keras, sangat menunjukkan kebingungannya. "Apa maksudmu? Karakter buangan?"
Kamito menyuap donutnya. "Ya, buangan. Habis manis sepah dibuang," ucapnya.
"Hah?" ujar Kenzo, lagi-lagi kebingungan.
Kamito menatap Kenzo. Musik dramatis pun terdengar.
"Kau tahu, aku dan Noel adalah karakter pertama milik Estrogen, awalnya kami sangat dia cintai, setiap malam dia memikirkan tentang kami," jelas Kamito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor Gurita
FantasyKiprang dan Estrogen tidak sengaja melempar diri mereka ke dalam dunia fantasi aneh. Di sanalah, mereka bertemu dengan beragam spesies terutama yang pernah mereka kenal sebelumnya. Agar bisa kembali dan menikmati bubur ayam bersama, Kiprang dan Est...