🗡 7 🗡

46 19 6
                                    

BRAK!

Kini, yang tersisa hanya sebotol gadis yang tidak diketahui lagi kisah berikutnya.

"Hey, mudah, ya," sahut Kiprang sambil mengamati botol itu. "Jujur, aku mau lihat dia bantuin kita mengalahkan Oodyn, lho."

"Jangan lah, nanti ngalangin doang. Susah jadinya," sahut Estrogen.

"Pecel tinggal satu lagi hehe~" Dukuniwati bersenandung senang sambil menari bersama botol segel di tangannya.

"Dukuniwati-senpai, bubur ayamnya masih ada, nggak?" tanya Estrogen, berniat makan bubur ayam lagi setelah menghabiskan 4 porsi sendirian.

"Ada tuh, banyak. Lu suka banget ya, Tong?" balas Dukuniwati.

Sementara Kiprang hanya menepuk jidatnya melihat kelakuan santai Makhluk Ghoib yang dicap sebagai temannya itu.

Kapan mereka bertemu? Ah, soal itu sudah lama, lebih lama dari status pernikahan orangtua mereka. Ya sudahlah, terima saja. Karena Kiprang tidak punya teman lain selain dia (curhat).

"Jadi, tinggal I'm Not Like the Other Gurls, bukan?" tanya Kakeru. "Kalau urusan ini, biar aku saja."

"Eh?" Ucap Kiprang.

"Kenapa? Kalau cowo aku ga nanya alasannya, tapi cewe?" tanya Estrogen.

"Dia ... sebenarnya juga korban dari Raja Iblis." Kakeru seolah ragu mengucapkannya.

"Kenapa?" tanya Kiprang.

"Dahulu, dia hidup bahagia penuh toleransi dengan yang lain sebelum Negara Iblis menyerang."

Mereka menyimak.

Kakeru menarik napas. "Saat itu, Dukuniwati-san masih muda-"

"Aku selalu muda!" potong Dukuniwati.

Kakeru mengabaikan. "Saat itu, dia menemukan keanehan dari gadis ini. Ya, dia memang tidak seperti gadis lain, namun sangat sering tipe seperti dia kita temukan di pedesaan maupun daerah perkotaan dan kolong jembatan.

"Sifat anehnya, dia mengaku berbeda dari gadis lain yang mana membuatnya merasa istimewa, padahal dia tidak mampu mencari pekerjaan untuk diri sendiri."

"Siapa namanya?" tanya Estrogen.

"Rilian Unika La Queenenza Valerian de Syantika de Slure, dia gadis yang selalu bergantung pada orang lain, tidak seperti gadis lain," ujar Kakeru. "Beruntung dia bukan tipeku."

"Maksudmu?" Wajar kalau Kiprang bertanya.

"Dia pernah melamarku dulu." Kakeru menatap pemandangan dunia luar. "Kalau dia tidak sombong, setidaknya tidak kutolak dengan kasar."

"Jadi, apa?" tanya Estrogen. "Habis tu ape? Kita kejar dianya?"

"Ha!" Dukuniwati punya ide. "Kalian berdua! Adu keunikan dengannya!"

"... Maaf?" Estrogen hampir merasa pendengarannya sendiri berbohong.

"... E?" Sementara Kiprang terdiam, begitukah gambaran kami berdua di mata mereka?

"Adu Keunikan! Kalian berdua! Sejak pertama kali kita bertemu kalian sudah memancarkan aura unik!" kata Dukuniwati dengan semangat.

"Terutama Estrogen! Kau tidak hanya mengerti pertanyaanku tapi juga mampu menjawabnya dengan lancar!" ucap Dukuniwati lagi.

Kali ini Estrogen yang terdiam, tidak disangka, hari dimana dia akan dipuji karena menyukai hal "itu" akhirnya datang juga.

"Oooh dan Kiprang! Kemampuanmu untuk menyamai dan memahami keanehan Estrogen itu bahkan lebih unik! Aku saja sering tidak paham dengan apa yang diucapkannya!"

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang