Berkat sihir Dukuniwati yang fleksibel dan luar binasa, ketiga makhluk ini–Estrogen, Kiprang, dan Arzt–terlempar ke tempat lain lagi hanya berbekal makanan dan tekad.
Bruk!
Mereka mendarat dengan estetik disertai bunyi "ugh" akibat terjatuh.
Dukuniwati kembali melempar mereka ke hutan, tapi kali ini yang subur dan letaknya ternyata lagi-lagi tidak jauh dari Desa Bambangius.
"Wew, balik lagi ke asal," komentar Kiprang ketika mereka mendarat.
"Argh! Kenapa main lempar aja?!" keluh Arzt yang pinggangnya sakit.
"Nah, sekarang lu paham perasaan kami," sahut Estrogen. "Mak Dukun mah gitu, ntar terbiasa kok."
"Idih, gini amat." Arzt memeriksa bajunya, takut ada yang rusak.
"Jadi ke mana, nih?" tanya Kiprang sambil menyapu debu yang menempel pada tubuhnya yang masih perawan.
"Lah ndak tau, kan situ yang pengen jadi Dora," sahut Arzt. Dia jadi tahu karena memang sejak awal memantau kedua MC ini. Prik? Sangat.
"Dora mah jelas mo ke mane, ini ga ada kejelasannya," sahut Kiprang yang tidak terima idolanya disebut dengan nada seperti itu.
"Lah kan katanya nyari Oodyn." Estrogen berdiri di antara mereka, mencoba melerai. Dia lalu menatap keduanya secara bergantian.
Arzt bersedekap. "Nah, karena Kiprang ini target dia, kita jadiin Kiprang sebagai umpan."
"Lah? Kok gitu?!" Kiprang jadi setengah panik. "Mau diapakan dakuh?!"
"Huehuehuehue," Estrogen pun tertawa.
"Lu kalo ketawa gitu 1000% gue yakin niatnya gak baik!" teriak Kiprang sambil menunjuk-nunjuk Estrogen.
"Nggak ngapa-ngapain kok, cuman duduk di sono," ucap Arzt kepada Kiprang yang mulai su'udzon kepada temannya. Dia menunjuk kepada badan pohon yang ditebang di depan mereka.
"Temenin! Kok sendirian!" protes Kiprang.
"Kalo ditemenin kan ngga jadi mancing si Oodyn. Yang ada kami dia srepet," sahut Estrogen.
"Awas lu! Gue jadiin gurita rebus true gue jadiin takoyaki!" ancam Kiprang.
Baru saja keduanya hendak bertarung hebat dengan mulut, terdengar sayup-sayup suara dari jarak beberapa meter jauhnya. Ya, mereka bisa mendengar karena demi plot.
"Eh, apaan tuh?" Kiprang mulai melupakan perasaan resahnya tadi dan berganti jadi rasa penasaran.
"Sebagai salah satu entitas paling berpengaruh di seri ini, aku mengatakan bahwa di ujung sana ada makhluk yang kita cari." Arzt menunjuk ke depan, itu arah menuju Desa Bambangius.
"Lah, ngapain dia ke sana?" tanya Kiprang penasaran. Setahu dia, Oodyn sebagai entitas terkuat di seri ini tidak mungkin mau membuang waktu nongkrong di desa biasa kaum NPC.
Arzt tersenyum misterius. "Kita cari tahu."
Tanpa banyak protes, kedua gadis itu mengikuti langkah Arzt menuju Desa Bambangius yang kembali heboh akan kedatangan seorang pria.
Memang warga di sana tidak tahu persis bagaimana rupa Oodyn yang disebut-sebut sebagai Pecel The Pure Evil selama ini. Jadi mereka kira pria yang tengah berdiri di antara mereka itu hanya seorang pedagang yang ingin mempromosikan barang dagangannya.
"Pahlawan yang selama ini kalian anggungkan itu, tidak lain hanya remaja labil yang ingin menulis namun enggan menulis!" seru Oodyn ketika dia berdiri di tengah teriknya siang.
Warga hanya menyimak dengan wajah polos sambil melongo.
"Mereka menciptakan karakter, membuatnya hidup, tapi meninggalkannya langsung segera setelah merasa bosan," lanjut Oodyn. "Kau dan aku mengalami nasib ini. Mari, kita tuntut pencipta kita!"
Mereka memasang wajah tertarik meski tidak mengerti apa yang dia bicarakan, karena mereka hanya karakter yang tidak tahu jika mereka selama ini adalah figuran dalam beberapa karya sastra. Berbeda dengan Oodyn dan para tokoh utama seri ini yang dasar tahu betul akan itu.
Oodyn melanjutkan. "Kita akan melawan para pencipta kita! Kita akan bebas! Kita akan hidup di dunia mereka–dunia nyata, dan hidup sebagai sosok yang nyata!"
"Ngomong apa kau, heh?!" timpal salah satu penduduk desa yang mulai bosan mendengar ceramah Oodyn yang tidak dia pahami.
"Apaan sih lu, gajelas!" teriak penduduk lainnya.
Oodyn sadar kalau kekuatan [bacot no jutsu] tidak dikaruniai untuknya. Terpaksa dia gunakan kekuatan kejam ini.
"Dasar NPC!" Oodyn berdecak kesal.
Dia mengangkat tangan ke langit. Keluar cahaya hitam dari tangannya dan dia lempar ke arah warga.
DUAR!
"UAAAKKK!!!" teriak para warga yang terserang petir ala-ala chuunibyou tadi. Namun aneh, kenapa mereka tidak merasakan sakit?
Para penduduk beserta 3 sejoli kita pun mendongak ke langit, melihat lingkaran sihir yang mengambang tepat di atas kepala mereka.
"Weh weh weh, siapa yang ngerapal mantra?" tanya Estrogen yang sudah setengah berubah rupa, niatnya hendak menyelamatkan para NPC.
"YNTKTS," jawab Kiprang seperti biasa.
Sementara Arzt mengeluarkan suara kagum, tahu betul siapa pelakunya.
"Apa? Apa? Spill, Sis," ujar Kiprang.
Arzt baru saja membuka mulut hendak menjawab gadis pink di depannya, namun dia kalah cepat.
"CIH! DASAR DUKUN NEAPOLITAN!!!" teriak Oodyn kesal, lagi-lagi oh lagi-lagi rencananya digagalkan oleh Dukun Neapolitan, Dukuniwati.
"Heh?! Kok bisa?" ujar Estrogen bingung, hampir saja berteriak.
"Lah kan itu dukun tinggal di sini udah beberapa dekade, kamu nggak merasa aneh apa? Desa ini di tengah hutan, namun tidak ada tanda-tanda serangan monster dan semacamnya. Jelas dong apa yang dia lakukan," jelas Arzt sambil melipat kedua tangannya di depan dada, terlihat bangga.
"Dukun emang terlahir berbeda," gumam Kiprang sebagai ungkapan kagum. Baru saja sadar setelah sekian episode dan season.
"Ayo, ayo, serang! Mumpung gue lagi semangat!" Arzt menatap Oodyn di kejauhan yang masih marah-marah.
"Idih, perasaan tadi ga ada uratnya," ejek Estrogen.
"Hush! Jangan rusak momen!" tegur Arzt.
Rupanya, atas kekuatan plot cerita, Oodyn melihat keberadaan mereka.
"Hei kalian!" tegurnya.
"IH, KETAHUAN! DOKTER SIH TERIAK MULU AH!" protes Estrogen yang ingin melarikan diri tapi ditahan oleh Arzt.
"Ngapain kabur? Ayo, sana, ajak by one!" ucap Arzt sambil mendorong Estrogen ke depan Oodyn.
"LAH DOK KOK AKU? KATANYA TADI YANG JADI TUMBAL ITU KIPRANG!" teriak Estrogen yang terdorong.
"Lu kan tank di grup ini, Gen," balas Kiprang dengan tawa khasnya yang menyebalkan.
"Ih!" Estrogen tentu tidak terima. Baru hendak membalas ucapan Kiprang, terdengar Oodyn berseru.
"HEI! LAWAN AKU!" seru Oodyn, tapi dia kemudian melihat Kiprang dan tersenyum seram layaknya filter itu di Tikt*k dan Snapch*t.
Kiprang menyadari tatapan itu dan mulai takut. "Eh ... Eh ... Apa?"
"LAWAN AKU!" Oodyn menatapnya tajam.
Kiprang pun ketakutan dan menghindari tatapan makhluk itu. Bukan jatuh cinta, tapi ngeri.
Tuk!
Kiprang tidak sengaja menabrak orang di belakangnya ketika berjalan mundur.
"Eh..." ujarnya seraya membalikkan badan, berniat ingin tahu siapakah gerangan pemilik dada bidang dan kokoh ala-ala laki-laki di novel di belakangnya.
"Hayo sana, keroyok bareng Estrogen," ucap Arzt yang ternyata entah bagaimana berdiri di belakang Kiprang. Dia lalu mendorong Kiprang seperti dia mendorong Estrogen.
"Lah, lah, Dok?!" protes Kiprang yang sudah berontak sekuat tenaga.
"Lu ga ikut apa?" heran Estrogen.
Rupanya, hal itu membuat Arzt merasa tertantang. Dia menatap Estrogen lalu Oodyn dengan tajam. "HAYO SINI BANTAI!"
Oodyn yang amarahnya sudah dikipasi oleh Arzt pun melesat di depan mereka. "AAARRRRGGGGHHHH!" teriaknya, ala-ala protagonis ketika menyerang.Wey wey! Gimana menurut kalian soal bab ini setelah sekian abad tidak muncul? Wah, pertanda apakah ini? Tunggu saja di bab berikutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor Gurita
FantasyKiprang dan Estrogen tidak sengaja melempar diri mereka ke dalam dunia fantasi aneh. Di sanalah, mereka bertemu dengan beragam spesies terutama yang pernah mereka kenal sebelumnya. Agar bisa kembali dan menikmati bubur ayam bersama, Kiprang dan Est...