🗡 1 🗡

305 56 37
                                    

Cerita dimulai ketika Kiprang dan Estrogen-chan sepakat untuk menciptakan sebuah dongeng epik bersama. Setelah sekian banyak rapat yang memakan ribuan nasi bungkus, akhirnya tercapailah sebuah mufakat yang menciptakan cerita ini.

Awalnya karena si Estrogen yang katanya bosan dengan ceritanya. Alhasil mereka berdua ketemuan di jamban. Sambil jongkok.

Kiprang bertanya padanya, "Jadi, kamu ingin cerita seperti apa?"

Estrogen menjawab, "Ga tau, nih, maunya apa? Apa yang dulu aja? Yang Divine Artifact itu?"

Divine Artifact di sini merupakan emas yang sering dijumpai di dalam rumah.

Kiprang lantas bertanya, "Kamu ada feces di rumah?"

Tentu, bagi Kiprang mencari feces itu tidaklah sulit. Namun, tentu saja dia tidak mau mengambil dari tubuhnya sendiri.

Dia ingat dengan kisah sebuah artefak mencari misi. Barangkali, kasus mereka tidak begitu sulit dipecahnya.

Hmmmm ... liat stok dulu. Gue telpon ibu negara dulu bentar, nanyain stoknya,” ucap Estrogen sambil mengeluarkan Smartphone-nya yang baru saja dibeli 3 bulan yang lalu.

Lalu–

DUARRR

"Eh, apaan tuh?!" Estrogen lantas jungkir balik dan hampir kayang. Smartphone-nya pun terjatuh.

Mereka berdua lalu mendekati sumber suara.

.

.

.

.

.

Ternyata oh ternyata, terlihat seekor cogan berbaring dengan anggun di tanah. Ia mirip sekali dengan Pico Chisaki dari anime Boku no Pico Academia karya Horikoshi Hajinomoto.

"Wadidaw, ngapain lu?!" seru Kiprang, selaim kaget dengan fakta kalau dialah yang meledakkan pohon kepala, juga karena betapa syantiknya ia.

Kiprang pun melirik Estrogen, mencari tahu reaksi yang tepat selain "wah."

"Heh! Lu ngapain tiduran disitu?! Ga punya rumah lu?!"  Estrogen mengguncang-guncang tubuh cogan di depannya. Dia tampar pipi cogan itu berkali-kali, tapi tidak ada tanggapan dari makhluk tersebut.

"Prang, ni orang buta tuli sama bisu apa mati?" tanya Estrogen kepada Kiprang yang mulai meragukan kewarasan makhluk setengah gaib di depannya ini.

Kiprang ayunkan tangan ke arah cogan itu.

.

.

.

.

"–!"

Dengan dramatis, cogan itu tangkis tangan Kiprang hingga gadis itu mundur beberapa langkah dengan syak.

Brak

Dengan dramatis pula terjatuh anggun ke tanah.

Akhh–! Kakanda tega memukul Adinda?!”

"Bused! Prang, Prang! Gapapa lu?! Anjir kok bisa dia bangun gitu? Kesurupan kali ya?" ucap Estrogen sambil menghampiri Kiprang dan mengulurkan tangannya.

"Eh btw, ini dimana sih? Kok gue baru sadar ya? Hehe," ucap Estrogen dengan tampang datar minta ditamparnya.

"Bangke!" Kiprang bangkit dan menatap sekeliling. "Loh, ini bukan Paliwara, ya?"

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang