🗡 10 🗡

54 21 10
                                    

"Memulai proses?!" teriak Estrogen, pembuluh darah bermunculan di dahinya.

Kiprang menghampiri Estrogen yang hampir berteriak lagi.

"Estrogen! Stop! Tangan lu masih berdarah! Liat, ih! Merah-merah gitu!" tegur Kiprang sambil memegang tangan kanan Estrogen.

Estrogen menghela napas, kemudian menatap tangan kanannya.

"Kena bekas luka gue, enggak?" tanyanya.

Kiprang membolak-balikkan tangan Estrogen. "Gak."

Estrogen mengembuskan napas.

Kiprang melepaskan tangannya dan berlari menghampiri Kakeru yang ditopang oleh Dukuniwati.

Kiprang kemudian membantu Dukuniwati dan berjalan keluar dari sel penjara yang sepertinya berada di sebuah kastil.

Estrogen menatap ke sekeliling, penuh dengan mayat dan darah bercipratan. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa dia yang seharusnya mengurung diri di kamar menjadi berakhir di tempat seperti ini.

"Estrogen!" panggil Kiprang.

Estrogen kemudian berjalan menyusul ketiga orang yang hampir keluar dari penjara, sementara dia sendiri masih berada di dalamnya.

"Guh...!" leguh Kakeru ketika Dukuniwati menekan luka di perutnya.

"Hei, lu ga punya sihir penyembuh atau semacamnya?" ucap Kiprang.

"Menurut lu, Bocah, gue lagi ngapain?" balas Dukuniwati, ngegas.

Kiprang menunduk dan melihat telapak tangan Dukuniwati bersinar, tandanya dia sedang memakai sihir penyembuh kepada Kakeru.

"Kiprang," panggil Estrogen, dia sedang melihat ke luar melalui jendela sekarang.

Terlihat setitik cahaya hitam dari kejauhan.

Estrogen terpesona. "A ... Apa itu?–"

DUAR!

"Kiprang!"

Kiprang nyaris terbakar akibat sihir tadi. Dia panik sambil mencoba mencari tahu siapa pelakunya.

Estrogen menatap sosok yang menggambang di udara.

"No ... Noel?"

Terlihat perempuan rambut hitam panjang bergelombang, dengan gaun gothic lolita dan bunga mawar hitam di mata kanan.

"Ya," jawab sosok itu dingin. "Kamu ... Menelantarkanku."

DUR!

Noel mencengkram Estrogen dan menghantamnya ke lantai, menyebabkan lantai itu pecah.

BAAAM!

Noel sekali lagi menghantam Estrogen ke lantai, lebih keras.

Uh oh, sepertinya dia sangat membenci Estrogen.

"Estrogen!" teriak Kiprang dan Dukuniwati bersamaan.

Estrogen membuka matanya dan disambut dengan rasa sakit luar biasa yang menghantam tubuhnya.

Dia menatap Noel yang sedang mencengkeram lehernya.

"Kaget?" ucap Noel datar.

Estrogen membelalakkan matanya saat melihat luka bakar yang hampir menutupi separuh tubuhnya.

"Ya. Kau membakarku, membakar kami, lima tahun yang lalu. Bagaimana perasaanmu setelah bertemu dengan seseorang yang kau bakar dan lupakan begitu saja? Apakah luar biasa? Tentu saja, 'kan?!"

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang