👑 24 : Dukun VS Bocah Prik 👑

20 7 1
                                    

Dukuniwati menurunkan tangannya yang melindungi wajah. Dia lalu merasa sedikit kedinginan dan melihat ke sekitarnya. Betapa terkejutnya dia ketika mendapati dirinya berada di tengah-tengah gurun es.

"Tidak ada yang akan mengganggu kita di sini," ucap sebuah suara di depannya, Kenzo.

Dukuniwati yang melihat Kenzo sedang turun dari langit pun terkekeh layaknya Mbak Kunti. "Kuat juga ya lu, Cah. Bisa teleport jauh kek gini," ucapnya.

"Ya, iyalah. Gue masih muda tapi kekuatan gue sudah hampir melampaui elu, Nenek Tua," timpal Kenzo yang kini berdiri di atas gundukan semacam bukit di depan Dukuniwati.

"Hahaha, masih bocah udah kurang ajar. Yang sopan sama senior!" tegur Dukuniwati.

"Sudah tua masih saja banyak tingkah!" balas Kenzo. "Bagaimana bisa kamu begitu lengah dan membiarkan semua ini terjadi? Apa kamu sibuk kawin?"

Dukuniwati justru tertawa mendengarnya. "Justru kamu yang terkena jebakan kami! Aku dan suamiku sudah merencanakan ini sejak lama, Oodyn!"

Kenzo terkesiap mendengarnya. "Si ... Siapa?"

"Oh, atau kusebut saja Galaksi Mandratama Megantara!" Ucapan Dukuniwati barusan sukses membuat Kenzo alias Oodyn kian kalut pikirannya.

Cliiing ...!!!

Kenzo kini berubah wujud kembali menjadi sosok Raja Iblis, tubuh lamanya. Dia tidak lain adalah Oodyn Kumalasari, pemegang Pecel : The Pure Evil.

"Bagaimana bisa? Aku bahkan tidak meninggalkan bukti apa-apa!" Oodyn tentu tidak terima dengan hasil deduksi tadi.

"Orang mana yang begitu terobsesi dengan Kiprang maupun Estrogen selain dirimu, he?" balas Dukuniwati. "Ketahuilah, aku adalah dukun, yang mana bisa tahu beberapa hal yang belum tentu diketahui banyak orang, termasuk dirimu."

"Sial! Rencanaku sia-sia!"

Tanpa menunggu lebih lama, Oodyn melesat ke arah Dukuniwati dengan aura hitam menyelubungi.

Dukuniwati memasang kuda-kuda.

DUAR!

Ledakan dahsyat mengguncang sebagian tanah di gurun es. Menciptakan retakan panjang di sekeliling mereka hingga beberapa meter luas dan dalamnya.

Dukuniwati mendorong Oodyn menjauh menggunakan mantra warna krem.

Kyus!

Oodyn terpental beberapa meter darinya. Dia berhasil menahan kaki agar tidak mudah jatuh.

Dukuniwati mengamati lawannya sebentar, baru kemudian memanfaatkan keadaan. Dia berteleportasi dan lenyap dari pandangan.

"Hei! Ke mana kamu?!" seru Oodyn kalang kabut sambil mencarinya. "Baru beberapa detik sudah menyerah saja!"

Bertepatan dengan ucapan itu, terlihat sepatu hak tinggi Dukuniwati hendak menancap ke punggung Oodyn dari atas.

[SIHIR RUMAHAN : EW, NAJIS!]

DUAR!

Hentakan kaki Dukuniwati menciptakan ledakan dahsyat hingga membuat Oodyn tenggelam ke dasar tanah layaknya mayat yang akan dikubur. Tidak disangka kaki dukun itu begitu kuat.

Oodyn menggerang, punggungnya terasa berlubang layaknya sund*l b*l*ng (idih ngetik gini malem-malem horror dah). Dia tidak sanggup bangkit, hanya mampu memaksa badannya untuk berbalik agar bisa melihat langit di belakang.

Dari atas, lebih tepatnya sekitar dua meter dari jarak Oodyn saat ini, terlihat wanita berambut neapolitan menatapnya dengan tatapan merendahkan.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang