👑 16 : PAKGURRRR 👑

15 7 1
                                    

Keesokan harinya~

Brak!

"BOCIL! BANGUN! MARI KITA SHOPPING SHOPPINGGGG .... !" teriak Dukuniwati setelah menggebrak pintu tak bersalah yang kini sudah lepas dari engselnya.

Pintu dengan tinggi 2000 cm dengan lebar 1000 cm itu pun terkapar di lantai dan mulai retak ketika badan kayunya bertemu dengan lantai berlapis keramik berwarna keemasan itu. Meninggalkan jejak berupa bunyi "brak" tadi serta tatapan dua bocah yang melongo.

"Hayoloh, kenapa ini?" Kiprang yang baru saja bangun dan separuh nyawanya masih di alam sana, tidak mampu berpikir jernih. Tapi, dia tahu ada yang aneh hari ini tapi tidak perlu cemas karena pelakunya bukan musuh.

Estrogen yang baru satu setengah nyawanya hanya menyahut dengan elegan. "Ha?"

"Ayok! Ayok! Kita shopping di Sopi!" Dukuniwati serta merta menarik kedua bocah itu.

Meski mereka tidur di dua kasur yang terpisah, berkat mantra ajaib Dukuniwati, keduanya bisa ditarik bersamaan.

Dengan piama manis masih membalut badan mereka, kedua makhluk itu menguap dan berusaha menarik arwah mereka kembali. Ditambah dengan seruan Dukuniwati yang sangat ramah telinga itu.

"Ayok! Ayok!" Dukuniwati menepuk tangan tanda tidak sabar. "Sopi tidak akan menunggu!"

Setelah beberapa detik plonga-plongo, akhirnya kedua spesies itu bangkit dan berjalan tertib menuju kamar mandi.

"Lu duluan apa gue?" tanya Estrogen.

"Lu aja, di sini dingin bat," keluh Kiprang yang kemarin malas memakai selimut karena merasa kepanasan.

Ketika mereka menuruni tangga, terlihat Kakeru yang sibuk menghitung lembaran uang dan koin menumpuk di meja, hasil kerja malam kemarin.

"Hai." Kakeru menyapa tanpa intonasi apalagi menatap, masih sibuk menghitung investasi yang bakal dilahap habis Dukuniwati beberapa menit lagi.

"Hai." Estrogen dan Kiprang membalas bersamaan dengan nada yang sangat menjengkelkan.

Estrogen pun mengambil handuk yang disediakan Dukuniwati lalu masuk ke kamar mandi dengan mata setengah terbuka.

Saat menunggu Estrogen mandi, Kiprang duduk bersandar di dinding kamar mandi sambil terus menguap.

Terdengar suara keran yang dinyalakan dan ... sebuah nyanyian.

"Yamet kudasi~ yamet kudasi~ Bang Yamet~ parake dasi~"

Kiprang seketika tersadar setelah mendengar suara nyanyian yang diduga dinyanyikan oleh Oknum Estrogen dan menyahut.

"Arara kimochi~ arara kimochi~ Bang Ara~ parake peci~"

"Bocil, pamali nyanyi di kamar mandi," tegur Dukuniwati yang duduk di samping Kakeru, menaruh investasi yang tadinya dihitung Kakeru ke dalam dompetnya.

Bukannya berhenti, si Estrogen malah melunjak menyanyikan lagu oppah oppah Korea yang dulunya dia sukai.

기차를 타다
뚜벅뚜벅
누가 내려오고 싶어
수라바야 반둥으로 이동

Dukuniwati yang gemas pun hendak mengeluarkan jampi-jampi, tapi dia sadar itu hanya anak kecil dan kembali fokus meminta investasi kepada suaminya.

Beberapa menit berlalu, Estrogen masih saja mandi dan Kiprang mulai bosan menunggu.

"Gen! Cepetan!" Kiprang menggedor-gedor pintu.

"Bentar!" seru Estrogen. "Baru dapat sabunnya!"

"Ara ara~ kalian ini." Dukuniwati tersenyum manis.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang