👑 23 : Pembunuhan Berencana, Tersangka Kamito 👑

18 10 1
                                    

"Ughhh ..."

Estrogen bangkit dari posisi dramatisnya dengan tubuhnya yang mengeluarkan suara pletak pletak tak!

"Selamat datang kembali~" ucap ketiga sejoli di samping Estrogen.

Estrogen lalu merengut. "Padahal pen jadi lakik seumur hidup akuh ih :(" ujarnya sambil berdiri.

Dia lalu menyadari Kamito yang sedang memelototinya dan ingin melesat ke arahnya, tapi ditahan oleh Ceri di leher. Entah kenapa dia kelihatan seperti seekor peliharaan yang ke-trigger pas ngeliat peliharaan lain.

"Kalem, kalem. Pengen ketemu Noel nggak?" tanya Estrogen dengan was-was mendekati Kamito.

"Ya pengen, lah! Kembalikan kekasihku!" teriaknya sambil berusaha menggapai Estrogen yang ada di depan mata.

Sasaran sudah di depan mata namun kau tak bisa menggapainya. Kasian.

"Bukan gue yang mutusin, tanyain noh si Dukun," ucap Estrogen sambil menunjuk Dukuniwati yang seketika melongo.

"Lah kok saya?" protes Dukuniwati.

"Lah, 'kan kamu dukun," sahut Estrogen.

Dukuniwati menarik napas, dia menatap Kamito yang melotot dengan mata memancarkan aura kebencian yang kuat.

"Dengar," ujar Dukuniwati, memberanikan diri. "Meski aku seorang dukun sakti seantero negeri, aku bukan dukun yang bisa membangkitkan orang yang sudah tiada."

Tidak terduga, Kamito malah diam mendengarkan.

"Maka dari itu, seorang tokoh cerita yang sudah tiada bisa kembali hidup jika ..." Dukuniwati menunjuk Estrogen. "Si author berkehendak."

Kamito menatap tajam Estrogen.

"Tapi, dia punya alasan untuk tidak menghidupkan kekasihmu lagi, kalian karakter ampas!" ucap Dukuniwati dengan nada lirih layaknya istri yang tersakiti. "Dia tidak ingin melihat kalian seperti ini dan memutuskan untuk menghanguskannya saja!"

Kamito yang mendengarkan justru tercengang. "Kami ... Sampah?"

"Ya, iyalah!" sahut Estrogen yang refleks menutup mulutnya sendiri.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan pada Noel, padaku, pada kami?" Kamito menatap Estrogen, berharap cemas.

"Eeeh ... daur ulang?" jawab Estrogen. Dia lalu membuka mulutnya ragu-ragu. "Meskipun aku ekhem ... membakar kalian... toh kalian masih selamat, 'kan?" ujarnya.

Kamito terdiam. "Artinya?" tanyanya dengan cemas lagi.

"Artinya aku masih mengingat kalian meskipun tulisan tentang kalian sudah hangus," Estrogen menjawab.

"Kalau begitu di mana Noel?!" teriak Kamito, sedikit terguncang dengan ucapan Estrogen.

"Makanya kuucap, tanya si Dukun. Toplesnya sama dia," jawab Estrogen, dia lelah, Bund (emot batu).

"Kalau begini terus ..." Kamito lagi-lagi kehabisan kesabaran. "Akan kuhabisi kalian semua!"

Dia mengarahkan pistol pada mereka, terutama Estrogen.

"Tunggu!" seru Ceri, tapi terlambat.

DOR!

"ARGH!"

Yang kena siapa yang teriak siapa.

Ya, pembaca sekalian, Ceri mengorbankan tangannya agar peluru gila itu tidak mengenai para tokoh utama. Sementara Kamito berteriak lantaran tidak mampu membendung rasa kecewa ini.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang