🗡 8 🗡

39 19 10
                                    

Unika tampak kesal. "Itu ... Bukan seberapa!"

Kiprang menyahut. "Pernah makan duit cast kelas dari bendahara padahal kamu bendaharanya?"

"Apa?" heran Unika. "Kamu mencuri uang sendiri?"

"Tapi, kukembalikan, kok." Kiprang tahu itu salah kalau mencuri, dia putuskan untuk mengembalikannya, setelah makan dengan uang hasil curiannya dulu.

Unika geram. "Itu ... Bukan apa-apa!" Dia tatap Kakeru. "Kamu! Kamu pria paling biasa yang pernah kulihat!"

"Kenapa aku?" herannya.

"Sudahlah," sahut Dukuniwati. "Jangan malu kalau ada yang lebih hebat. Memang itu hukum alam yang sudah ditetapkan. Hanya ada dua orang sempurna ; yang belum lahir dan yang sudah tiada."

"Bacot!" Unika mengacak rambut. "Aku tidak seperti gadis lain yang keluyuran-"

"Banyak gadis yang suka di rumah," sahut Dukuniwati sambil berpose manis. "Kami bertiga ini buktinya, hihihi~"

Unika melotot. "Aku membaca banyak buku-"

"Semua orang begitu," sahut Dukuniwati.

"Aku tidak suka kisah romansa, terlalu murahan–"

Dukuniwati memotong. "Kami juga, kecuali bagian murahan itu. Tolong, hargai selera orang lain meski seleranya sampah."

Unika menggerang kesal. Dengan kesempatan itulah-

PRANG!

Kepulan asap memenuhi pandangan. Pelahan terkikis dan menampakkan sosok Kakeru yang memegang sebuah botol.

[Pecel Baru Disegel]

"Su-Sudah? Dia sudah pe-pergi?" Estrogen kembali bersembunyi di belakang Kiprang lagi.

"Ya. Dia di sini." Kakeru mengangkat botol tempat Unika di segel. Dia lalu mendekatkan botol itu ke wajah Estrogen.

"HIYAAA?!" teriak Estrogen. "Jauhkan! Jauhkan! Jauhkan! Jauhkan! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Kiprang! Kiprang! Kiprang!"

Dia berucap dengan cepat, bahkan narator ragu apakah dia bernafas atau tidak.

Kiprang yang lehernya tercekik dan punggungnya terasa sakit karena Estrogen yang berpegangan terlalu erat kepadanya hanya bisa mengeluarkan suara-suara aneh.

"To-to-"

"Lepasin!" Dukuniwati berjuang membebaskan Kiprang dari segel Estrogen.

Dan ini terjadi hingga sore tiba.

***

Mereka pada akhirnya dapat makan malam dengan damai, tanpa Kakeru yang sudah ngemil selagi mereka bergelut tadi siang.

"Jadi, kapan berburunya?" tanya Kiprang ke Estrogen, merujuk final boss mereka.

"Besok aja, dah. Baik fisik maupun emosi gue terkuras," ucap Estrogen lirih.

Kiprang menepuk bahu Estrogen dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya menyentuh lehernya yang memerah.

Dukuniwati hanya menatap mereka berdua.

Dukuniwati membuka mulutnya, "Maafkan aku, tapi aku sangat penasaran tentang satu hal."

"Soal apa?" tanya Kiprang, mendongak menatap Dukuniwati. Begitu juga dengan Estrogen, meskipun matanya setengah terbuka karena sembab.

"Kalian, apa benar kalian dari–"

"Elina."

Pertanyaan Dukuniwati dipotong oleh Kakeru dengan sengaja.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang