👑 30 : Epic Battle Between Pasutri 👑

12 4 0
                                    

Pagi telah tiba. Mm, tapi vibe tidak seindah biasanya. Jika tokoh-tokoh ini merasakan kantuk yang luar biasa dan ingin kembali tidur, sekarang mereka merasakan aura meresahkan. Bukan, bukan pertanda musuh. Melainkan potensi konflik rumah tangga.

Pagi itu juga, Dukuniwati membangunkan mereka seperti biasa, tapi tidak seheboh biasanya. Kedua makhluk itu pun tidak berani bertanya untuk sesaat karena serangkaian alasan. Tapi, kita semua tahu yang terbaik detik ini adalah diam.

"Ayo, makan!" Dukuniwati berucap dengan nada setengah ceria, tampak berusaha bersinar layaknya mentari meski kita dapat merasakan aura kegelapan menyelimutinya.

Ya, malam itu memang membuat suasana di rumah terasa canggung.

Mereka berdua pun tiba dan duduk di meja makan bersama dua pasutri yang masih perang dingin. Lalu ada Arzt yang menonjol bagaikan jempol yang sakit.

Sarapan mereka seperti biasa, tidak pernah berubah dari season pertama, bubur ayam. Estrogen lalu melahap makanan kesukaannya, tapi dia tidak seantusias biasanya mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Kiprang pun bertanya, suatu pertanyaan yang menyebabkan perang dingin di antara dua pasutri meletus.

"Rencana kalian selanjutnya pengen ngapain?"

Untuk sesaat, kedua pasangan itu tidak mengucapkan sepatah kata selama beberapa saat. Hingga akhirnya seseorang di antara mereka bersuara.

"Kita akan bertualang!" Dukuniwati berkata dengan antusias. "Kita akan bawa Arzt karena dia pasti akan membantu menelitit beragam hal aneh dari semesta ini."

Arzt berdehem pelan, merasa canggung.

Kakeru menarik napas. "Kita tidak bisa membawanya. Dia bisa berkhianat."

"Ayolah, dia akan berguna bagi kita. Aku bisa mengendalikannya," sanggah Dukuniwati. "Kalaupun berkhianat, akan langsung aku hanguskan."

Kakeru menggeleng. "Tidak bisa. Aku tidak akan mengambil risiko. Dia akar permasalahan kegilaan ini dan kita tidak bisa membiarkannya bebas begitu saja."

"Ayolah, Suami." Dukuniwati berucap manis meski terlihat urat menonjoldi dahinya. "Dia bisa kita manfaatka. Aku ulangi sekali lagi, kita tidak perlu cemas karena ada aku sebagai pengawasnya."

"Tidak, Elina, aku tidak bisa membiarkan sembarangan lelaki masuk ke hidup kita," tegas Kakeru.

Arzt, Kiprang, dan Estrogen hanya menatap mereka bergantian sambil memakan bubur ayam mereka.

"Tapi, Kairav! Bagaimana kita bisa mengalahkan Oodyn jika tidak dibantu olehnya?!" bantah Dukuniwati.

"Ya, cari cara lain!" jawab Kakeru ngotot.

Percikan api mulai muncul di antara mereka berdua.

Terlihat dahi Arzt mulai bermunculan uratnya. "Kalian bisa gak sih lanjut makan kek?"

"Gak!" balas Dukuniwati dan Kakeru.

Arzt kesal, dia jentikkan jari. "Okey, okey, aku aja deh yang pergi. Bye!"

"Lah, kok ngambek?" sahut Estrogen melihat Arzt berdiri dan mulai berjalan menjauh.

"Mau ke mana lu?" Dukuniwati menahan langkahnya dengan cahaya krem.

"Apa yang kau lakukan?" sahut Kakeru pada Dukuniwati. "Biarkan saja!"

"Tidak! Sampai kita seret makhluk ini pada Oodyn!" Dukuniwati kembali mengurung Azt dalam sihirnya. "Nah, kalau kamu mau bebas, ikut bertualang dengan kami!"

Estrogen yang masih memakan bubur ayamnya berpikir sambil melihat kekacauan di depannya.

"Kiprang, my sistah, aku punya ide. Ikuti naskahnya, ya?" ujarnya setelah melahap habis porsi bubur ayamnya yang ketiga.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang