👑 33 : FINAL BOSS BATTLE (2) 👑

8 3 0
                                    

Tanpa Kiprang sadari, dia disedot pada area gelap yang hanya dirinya terlihat oleh matanya sendiri, tanda bahwa ruangan ini benar-benar kosong. Ketika dia jatuh, tidak begitu sakit, padahal dia merasa baru saja dijatuhkan dari lantai ketujuh belas. Begitu Kiprang berdiri, dia merasakan hawa dingin menyelimuti badannya.

"Woi! Oodyn! Apaan?!" Kiprang langsung saja main semprot lantaran dia keburu marah akibat kejadian barusan. Bayangkan, kamu hanya memeriksa sumur lalu sesuatu yang hitam menyedotmu masuk ke sana dan kini kamu terjebak di area yang tidak jelas di mana. Sungguh tidak beretika! "Oodyn! Tunjukkan dirimu!" seru Kiprang yang sudah kesal.

Kiprang ingat kali pertama menciptakan Oodyn di masa edgy dan sama sekali tidak memberinya kebahagiaan apalagi pemikiran optimisme dalam menjalani hidup. Kini, Kiprang sadar perbuatannya itu telah merusak karakter ciptaannya sendiri dan kini dia bergerak ingin menghabisinya.

"Kau belum sadar juga?" Terdengar suara menggelegar. "Kau yang membuatku menderita!"

"Menderita?" Kiprang kebingungan. "Perasaan aku cuma nyimpan kau ke bagian paling gak dipakai dalam otak."

"Justru di tengah itu, aku menderita banyak hal." Rupanya, Oodyn belum menampakkan diri sehingga ini terkesan seperti video call. Satu pihak memiliki sinyal saking payahnya sampai hanya suaranya saja yang terdengar, tanpa terlihat wajahnya.

"Kalau begitu, tunjukkan dirimu! Biar aku perbaiki ceritamu!" seru Kiprang.

Jiwa bertanggungjawabnya entah bagaimana berkobar. Dia sebenarnya memang pernah ada rencana revisi karya lama namun karya baru jauh lebih menarik. Hal inilah penyebab karya lama kian terbengkalai. Membuat tokoh-tokoh lama semakin dilupakan, terutama Oodyn Kumalasari. Sungguh tragis.

Oodyn tertawa jahat ala villain di animeh. "Aku tidak hanya ingin perubahan nasib. Aku juga ingin merasakan yang namanya hidup di dunia nyata."

***

Sementara itu, Dukuniwati yang tidak tahu apa-apa, kini sedang berjalan-jalan di antah berantah dengan sang Suami. Di tengah perjalanan yang menyenangkan (kayaknya) itu, Dukuniwati terhenti. Gelombang informasi masuk ke dalam otaknya.

Kakeru yang peka mulai bertanya. "Ada apa?" Sejauh dia bersama Dukuniwati, itu bisa jadi pertanda ada informasi baru maupun kejadian anu yang akan terjadi.

Dukuniwati berpaling dan menatap suaminya. "Kiprang menghilang, dia ditawan Oodyn."

Kening Kakeru berkerut. "Kok bisa?" Padahal dia kira kedua anak itu sudah cukup OP untuk ditinggalkan.

"Oodyn berhasil menjebak salah satu dari mereka dan kini, satu anggota ditawan," terang Dukuniwati. "Kita sebaiknya mendatangi yang lain. Mereka masih di sekitar desa kita dulu."

Kakeru hanya mengiakan karena hanya itu yang tertulis di script.

***

DHUARRR!!!

Sebuah ledakan tiba-tiba terdengar di tengah hutan yang tadi adem ayem tenang asri. Terlihat dua orang, satu bersurai putih panjang, satu bersurai hitam pendek, sedang bergelut sambil adu mulut.

"KENAPA SIH LU? KAYAK NPC YANG TUGASNYA NYUSAHIN DOANG!" teriak si surai hitam sambil meninju si surai putih.

"YA KAN KALONYA AKU BIARIN KAMU NARIK KIPRANG, BISA-BISA KAMU JUGA IKUT DITAWAN!" balas si surai putih sambil menghindar.

"ALAH BACOT! BUEH!" teriak si hitam sambil menyemburkan api dari mulutnya. Terlihat tubuhnya kini setengah berubah menjadi seekor Naga.

Kira-kira begitulah pemandangan Kakeru dan Dukuniwati ketika mereka sampai di TKP di mana Kiprang menghilang.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang