👑 32 : FINAL BOSS BATTLE 👑

8 3 0
                                    

"AAAAARRRRGGGGHHHH!" Teriakan Oodyn berlanjut dari bab sebelumnya bahkan sudah dua bulan lamanya. Dia mengarahkan serangan ke mereka, lebih tepatnya ke Kiprang.

Kiprang panik, tapi dia merasa harus melawan, kalau tidak nanti Oodyn melunjak.

Kiprang pun memanjatkan doa. "Berikan aku kekuatan untuk melawan setan ini!"

CLIIIINGGG ...!

Muncul sebuah senter yang kini ukurannya lebih besar dibandingkan senter biasa. Mirip seperti senter yang biasa dipegang waktu meronda. Bahkan bisa dibilang cahayanya mampu menerangi satu kampung dalan sekali ceklek.

[SENTER PENERANG]

Kiprang menarik napas dan mengarahkan senter baru itu ke Oodyn. Layaknya Raja Arthur yang hendak mengibaskan pedang Exalibur yang legendaris. Gadis serba pink itu kini tidak takut lagi, walau tangan dan kaki masih bergetar karena rasa takut yang luar binasa. Namun, dia yakin harus melawan. Karena semua akan berakhir jika dia menyerah.

Kiprang menatap tokoh ciptaannya sendiri dengan tajam. "Aku akan menerangi hidupmu!"

[PENCERAHAN]

DUAAAARRR ...!

"ARGH!" Oodyn terlempar ke belakang ketika cahaya itu mengarah padanya. Senter ini menghasilnya cahaya yang bahkan dapat menerangi satu komplek perumahan. Begitu terang hingga malam menjadi siang dan siang pun kian terik karenanya.

"Anjrot!" umpat Oodyn sambil berusaha bersembunyi di balik bebatuan agar tidak mati hangus. Meski namanya senter, cahaya yang dikeluarkan pun sebenarnya hampir menyamai sinar pencerahan yang langsung berasal dari langit menuju matahari.

Dari sudut pandang Kiprang, Estrogen, dan Arzt, hanya terlihat cahaya terang di depan mata. Tentu saja tidak ada yang terlihat selain itu. Jadi mereka hanya bisa berharap cemas kalau cahaya itu dapat menghanguskan Oodyn.

"Ayo, keluar!" seru Kiprang. Namun, tidak ada balasan.

Sssrrkkk! Srrrkk!

Begitulah kira-kira suara semak-semak ketika Oodyn bergerak diam-diam. ~Narator tidak pandai bikin SFX~Oodyn bergerak dari semak-semak ke semak yang lain, berniat menyergap Kiprang dari belakang. Dia tahu ini cara yang licik dan tidak pantas dilakukan oleh seorang kesatria. Namun, sayangnya dia bukan dari kalangan kesatria dan dia pun mengabaikan segala jenis cara yang didasari moral. Karena dia antagonis di season ini dan season sebelumnya.

Kiprang yang merasa dirinya terancam pun menambah daya sinar senternya mengarahkan cahayanya ke asal suara yang berada di mana-mana. Dia ragu dan bahkan tidak bisa melihat di balik cahaya nan terang itu. Dia usahakan telinganya dapat berfungsi dengan maksimal, karena hanya itu harapannya untuk mengalahkan tokoh ciptaannya sendiri yang manja ini.

Oodyn sadar jika dia tidak bisa sembunyi selamanya, tapi bagaimana? Dia harus tetap hidup, karena dia tidak ingin rencananya gagal. Bagaimanapun, dia harus mennag karena itu yang dia inginkan.

Kiprang yang mulai tidak sabar karena di-ghosting pun berseru. "Hei! Mana lu?"

Lagi-lagi, tidak ada balasan.

Kiprang melirik Estrogen. "Gen, buru dia!"

"Lah, gimana, njir? Orang aku aja bisa buta kena cahayanya," sanggah Estrogen.

"Jarak jauh gitu, situ 'kan gurita," kata Kiprang sambil menggunakan daya imajinasi.

Di saat kedua sejoli ini sibuk berdebat hal tak penting, sebuah bayangan melesat menuju Kiprang.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang