👑 17 : Emak-Emak VS Pakgurr 👑

21 8 1
                                    

Estrogen bangun dari keadaan-hampir-pingsannya. "Astaga emak-emak ... menakutkan," ujarnya dengan wajah pucat.

Sementara Kiprang di sampingnya sudah melengguh gegara terpental tadi.

"PECEEEELLL!!!" teriak Dukuniwati yang masih adu mekanik dengan Si Pakgurr.

Sekeliling pasar dalam keadaan kalut. Dipenuhi angin kencang laksana tornado disertai cahaya krem dan tidak lupa butiran debu estetik menghias angkasa.

Dukuniwati terlihat menakutkan, terlebih dengan tatapan mata liar memandangi gadis ber-make up liar itu juga. Keduanya adu mekanik tapi di sisi lain lebih menonjolkan saling tatap.

Clariza Herana Veetry mengangkat tangan. Muncul portal berbentuk cermin dan dipenuhi debu berwarna pelangi.

[BEDAK PEMUSNAH]

DUAR!

Pandangan tertutupi oleh bedak berwarna. Untungnya kedua tokoh utama ini lekas menutup wajah sebelum terkontaminasi.

"Di mana dia?!" Terdengar seruan Dukuniwati di tengah kabut berwarna ini. Namun, tidak ada yang membalas lantaran sama tidak tahunya.

"Di sini, khihihi ..."

Berdiri di depannya, seorang gadis yang kini make up-nya sudah blepotan habis dikeroyok warga. Namun, matanya masih segar menatap Dukuniwati dengan sangar.

"Apa lihat-lihat, ha? Wanita tua!" decak Riz, alias Pecel Fuckgirl atau Pakgur.

"Apa kaubilang? Wanita tua?!" Dukuniwati menggerang kesal kemudian mengepalkan tangan ke langit.

[MANTRA DUKUN 78]

Debu–lebih tepatnya bedak–perlahan menghilang seakan disedot ke lain. Saat itulah muncul penampakan dukun yang menyeramkan. Tangannya yang gemulai mencoba merapal mantra bersama bisikan-bisikan. Di antara tubuh dukun itu, perlahan muncul semburat cahaya krem. Tampak wajah wanita bertubuh ramping duduk bersila layaknya bermeditasi. Matanya terbuka, tampak bersinar.

Dukun itu mengarahkan jemari lentiknya ke gadis malang yang kini tampak gembel itu.

"Dein Vater ist in den Fluss gefallen!"

Riz menyadari kesalahannya, tapi tidak mampu berkutik melihat betapa indahnya kekuatan Dukuniwati yang desktruktif.

Riz terkesiap, berpaling siap lari. Tetapi ...

DUM!

"Huaaa ...!"

Baik Kiprang maupun Estrogen lagi-lagi harus berpegangan. Ketika ledakan dahsyat terjadi, semua beterbangan, tidak terkecuali debu-debu yang sedari tadi bingung harus ke mana.

Telinga mereka dipenuhi bunyi "wus, wus, wus" kemudian jadi "nging" panjang, akibat serangan tadi.

Begitu suasana kembali normal, terlihat Dukuniwati berdiri di tengah reruntuhan pasar. Tangannya mengenggam sebuah botol berisi gadis chibi.

[PECEL TERSEGEL]

"Lah? Udahan?" heran Estrogen yang terlihat seperti dia baru saja mengalami sebuah bencana alam dahsyat dengan rambutnya yang acak-acakan.

"Beneran ketangkep?" timpal Kiprang yang tak kalah urak-urakan dari Estrogen.

Mudah juga ternyata, begitulah kira-kira yang dipikirkan mereka. Padahal baru saja diarak kekuatan Pecel itu.

"Sudahlah, kita kembali shopping!" Dukuniwati menyimpan botol Pecel dalam tas kecil tanpa batas memori. Dia berjalan dengan santai.

Estrogen dan Kiprang berdiri, keduanya mengamati keadaan pasar yang bagaikan kapal pecah.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang