Kiprang, yang melihat Dukuniwati berdiri anggun dengan sebelah tangan bertengger di pinggang, pun menatap seakan berucap "kenapa lu baru muncul sekarang?!" dengan kesal.
Kesal karena ditinggalkan di tengah-tengah gurun, kesal juga karena tangkapan mandiri pertama mereka lolos, semakin kesal lagi karena kepanasan.
"Lah, kamu 'kan nggak bilang," jawab Dukuniwati santai.
"Ya nggak gitu juga kali!" balas Kiprang sambil terengah-engah, dia merasa kepalanya pening sekarang.
"Wow, wow, kalem, Prang. Kena heat stroke lu?" tanya Estrogen sambil menepuk-nepuk bahu Kiprang.
"Kalo dah tau napa nanya?!" jawab Kiprang nyolot.
"Duh." Dukuniwati dengan anggun menepuk jidat. "Aku menyuruh kalian diam di rumah, bukannya berkeliaran di sini."
"Tapi ... Tapi ..." Kiprang kehabisan kata-kata.
"Sudahlah." Dukuniwati mengibas tangan. "Sekarang kalian pilih mana? Tangkap Pecel atau apa?"
Estrogen belum puas dengan tangkapan pertama mereka yang gagal. "Lanjut Pecel!"
Bruk!
Seketika itulah Kiprang tepar di tengah pasir.
"Lah tepar," ujar Estrogen, menatap Kiprang yang berbaring di atas pasir. Sudah terbiasa dia dengan pemandangan orang pingsan.
Estrogen mau tak mau membopong Kiprang masuk ke dalam rumah Dukuniwati.
"Tangkap pecel atau nggak nih? Sendirian mau lu?" tanya Dukuniwati setelah Estrogen membaringkan Kiprang di atas kasur dan menyalakan AC. Entah dari mana Dukuniwati bisa memasang AC.
"Gas," jawab Estrogen.
Mereka pun meninggalkan Kiprang berbaring dengan nyamannya di ruang ber-AC itu.
***
"Anjir, beneran sendirian."
Estrogen kira Dukuniwati akan menemaninya menangkap Pecel karena dia OP. Ternyata, beliau malah pergi dengan alasan hendak beli jajan bulanan untuk dirinya dan suami. Sabun habis katanya.
Mau tidak mau, Estrogen pun berjalan berkeliling gurun. Tapi, dia tidak kepanasan karena ...
"Nih, aku design baju buat lu." Dukuniwati menyerahkan pakaian putih dengan kain dingin bagai es Elsah Projen. "Biar ga kepanasan."
"Owow." Estrogen mengamati baju barunya. Lengan kelabu dengan hiasan kupu-kupu.
"Sebenarnya ada baju buat teman kau ini, tapi nanti deh." Dukuniwati pun berpaling. "Semangat menangkap Pecel!"
Hanya dengan itu, dia lenyap dari peradaban eh pemandangan.
Estrogen sebenarnya tidak tahu harus berbuat apa lagi selain berkeliling sambil mencoba menghalu.
"Hm, hm, menarik," kata Estrogen pada tanah yang terlihat medioker. Ketika di tengah penelitian abal-abal itu, terlihat bayangannya semakin membesar ...
"WUAH!"
DUAR!
Nyaris saja benda yang besar lagi berat menimpanya kalau saja Estrogen tercengang terlebih dahulu.
Estrogen berguling di tanah dan untungnya itu baju putih tidak juga kotor karena sihir Dukuniwati.
Ngeng ... Ngeng ...!
Estrogen kini berada di tengah pusaran pasir lengkap dengan bunyi deru mesin tertanda bahwa geng motor itu kembali.
"Uhhuk! Uhhuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor Gurita
FantasyKiprang dan Estrogen tidak sengaja melempar diri mereka ke dalam dunia fantasi aneh. Di sanalah, mereka bertemu dengan beragam spesies terutama yang pernah mereka kenal sebelumnya. Agar bisa kembali dan menikmati bubur ayam bersama, Kiprang dan Est...