👑 11 : Another Long Ass Chapter👑

17 5 0
                                    

"Hiks ... Huhuhu ... Hiks, hiks ..." tangis suara itu lagi.

Estrogen pun berjingkat ke belakang badan Kiprang. Dia ketakuan pren, masih ingat kalau dia takut hantu?

"Ru-rumah ini nggak berhantu, 'kan?" tanya Estrogen kepada satu-satunya 'orang' di sekitarnya.

"Hm, entahlah, Gen. Rumah gede di tengah gurun, agak sus gak sih?" balas Kiprang. Dia juga berpikir, tidak lengkap seorang dukun hidup tanpa makhluk halus menyertai. Tapi, bukannya Dukuniwati merasa kesepian tanpa suami (ahem) selama ini?

"Huhuhu ... Huhuhu ..." Tangisan itu kembali terdengar.

"Kenapa pula Dukuniwati pilih rumah ini dari sekian banyak rumah?" protes Estrogen yang makin gemetar.

"Lu lupa Dukuniwati itu dukun?" bisik Kiprang, mencoba tampak pemberani padahal sama-sama parno akibat keseringan dengar cerita hantu di T*kT*k.

"Huhuhu ... Huaaa ..."

Tangisan itu semakin heboh saja, tapi jaraknya tetap di tempat yang sama. Yang mana membuat keadaan semakin meresahkan.

"Gen, cek dong!" Kiprang yang tidak tahan pun mendorong Estrogen secara perlahan.

"Hayoloh, kok aku?!" panik Estrogen. "Lu weh!"

Kiprang menggeleng.

"Dahlah, mending kita cek berdua!" ajak Estrogen.

Keduanya pun mencoba mendekati sumber suara yang tangisnya masih lancar jaya.

Estrogen yang didorong oleh Kiprang terus-menerus pun mau tidak mau membuka pintu di depannya.

Glek. Dia menelan ludah.

Krieeeeeet ...

Estrogen mengintip dari balik celah yang terbuka dan melihat sosok perempuan berambut panjang sedang terduduk menangis di lantai.

Dia membeku sesaat. Lalu ... perempuan tadi pun menatapnya dengan mata merah nya.

"ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIM EMAK EMAK! ITU HANTU 'KAN?! HANTU 'KAN?! ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIM YA ALLAH AMPUNILAH DOSAKU, AKU BELUM TOBAT YA ALLAH!" teriaknya sambil terduduk lalu beringsut mundur ke belakang dengan wajah pucat dan air mata yang sudah mengalir layaknya air keran.

Kiprang yang tidak kalah kagetnya ikut mundur saking takutnya dengan penampakan mengerikan tadi.

"Siapa lu, weh?" tanya Kiprang refleks. "Ngapain ke rumah pengantin baru?!"

"Hiks ... Hiks ... Jangan ... Jangan ..." Bukannya klarifikasi, gadis ini malah menangis sejadi-jadinya. Dia menutupi kedua tangan dengan telapak wajah.

Akhirnya, gadis itu kembali menatap mereka. Wajahnya memerah, mata bengkak, belum lagi muka memelas seperti sudah menderita selama satu bab.

"Hiks," isaknya. "Jahat! Dunia sangat jahat!"

"Apa lagi ini?!" Kiprang menoleh ke arah Estrogen yang terduduk akibat syok. "Ini bukan hantu, ini setan!"

"Heh! Jangan begitu!" tegur Estrogen. "Masa setan disamakan dengan dia?"

"Hiks, kalian jahat!" tangis gadis itu sambil memeluk lututnya.

"Kenapa ini?" Kiprang mencoba mendekat, lebih tepatnya kepo dan gatal hendak membawanya ke ruang BK untuk konsultasi.

"Dunia jahat kepadaku seorang!" tangis gadis itu.

"Kenapa weh?" Estrogen akhirnya memberanikan diri menatapnya, meski dia masih dalam posisi duduk di pojokan, beberapa meter jauh dari kedua spesies lainnya.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang