👑 34 : ARZT VS ESTROGEN (LAST) 👑

18 3 0
                                    

GUBRAK!

Arzt langsung melepaskan Estrogen yang dia bawa ala-ala karung beras setelah melewati portal yang dia buka.

"Eh, yang lembut sama cewe!" tegur Estrogen sambil mengelus pantatnya yang sakit.

"Ha? Lu cewe? Katanya tadi non-binary," jawab Arzt, kembali memulai perkara.

Ternyata dia masih ingat kejadian pada bab-bab sebelumnya. Tidak seperti narator seri ini.

"Gue capek tau!" seru Estrogen.

"Kalau capek, istirahat."

"Kok lu tiba-tiba sok lawak gini, sih?" Estrogen mulai esmosi. "Lu mau lemparin gue sama kayak yang Oodyn lakukan ke Kiprang?"

"Dengar, ada suatu konflik yang harus mereka selesaikan berdua, antara dia dan penciptanya," ujar Arzt. Matanya mulai menyipit, fokus menatap Estrogen dengan tatapan tajam. "Sementara kau dan aku, hanya tinggal saling memahami keadaan."

"Alah! Sok puitis lu! Biarkan tinju ini yang berbicara!" teriak Estrogen sambil kembali melayangkan tinjunya ke wajah cengengesan punya Arzt.

"Eitsss tidak kenaaa," ejek Arzt sambil menghindar dengan kedua tangan di belakang badan, lengkap dengan cengiran khasnya.

"Eh, syalan!" Estrogen menyerang kembali dengan sekumpulan tinjunya. Sebenarnya dia bisa menjelma menjadi gurita dan meninju menggunakan tentakelnya, tapi saat itu dia belum berpikir sampai ke sana.

Arzt yang masih memiliki plot armor dalam seri ini mulai berputar dan menghindari setiap tinju penuh amarah dari Esteogen. Dia tidak ingin menghabisi gadis itu, karena dari lubuk hati, dia merasa tidak pantas menyakiti perempuan–walau perempuannya seliar itu.

DUR!

Estrogen meninju tanah untuk sekian kalinya, sementara Arzt menari dengan indah sekaligus menghindar.

"Eits, gak kena!" Bukannya menenangkan, Arzt justru memanaskan suasana.

"RYUUJIN NO KEN NI KURAEEE ...!!!" teriak Estrogen ala-ala ras terkuat, mengarahkan tinjunya ke wajah Arzt.

Arzt mengelak lagi, kali ini sambil mengibaskan rambut panjang kinclong lembut alami miliknya.

Estrogen yang melihat kenarsisan di depannya pun langsung menarik rambut Arzt yang–entah sengaja atau tidak–mengenai wajahnya.

"KYAAAAAHHH ... !!!" teriak Arzt sambil menepuk-nepuk tangan Estrogen, minta lepaskan tarikannya.

Estrogen tentu tidak akan melepas jambakan rambut itu sampai dia merasa puas. Tentu saja lawannya ini tidak bisa dibiarkan secepat itu.

"Syalan, aku kudu gimane?" Arzt membatin. Kemudian, dia menemukan sebuah ide. Parah sekali, dia seorang dokter, seorang jenius. Harusnya tahu solusi dari masalah ini.

Dia pun dengan dramatis menarik pisau kecil yang dia bawa (anggap saja untuk main bedah-membedah) lalu memotong rambut peraknya yang indah dengan dramatis, dia lolos dari Estrogen.

"HEH?!" Estrogen terkejut akan gerakan deamatis itu.

Sungguh menyebalkan, tapi begitulah jika ada karakter yang memang ditakdirkan sang author untuk bertahan cukup lama.

Estrogen tahu itu, tapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menjitak pria itu. Maka dengan segenap tenaga, dia coba melawan atau setidaknya melukai pria itu. Ras jengkel dan keslnya belum juga pulih, terlebih dengan sifat pria itu. Dia mungkin tidak bisa teleportasi, tidak pula bisa membakar lawan dengan sebuah senter, atau melawan dengan kelincahan pedang. Namun, dia setidaknya memiliki beberapa jurus andalan.

[SERANGAN GURITA]

Seketika seisi ruangan dipenuhi dengan tinta hitam yang menyebabkab Arzt kehilangan penglihatan. Soalnya, ini berlangsung cukup lama sehingga memberi Estrogen waktu untuk menyerang.

"Sialan, mati aku." Arzt membatin. Kemudian dia memohon dalam dirinya. "Plis, kasih tahu seberapa lama plot armor ini bertahan!"

Di saat itulah, muncul bayangan Estrogen dari balik tinta hitam itu. Melesat ke arahnya.

"HYAAHHH ...!!! BANKAI ...!!!!" Estrogen dengan segala amarahnya, mencakar wajah Arzt. Tidak menyisakan celah sedikit pun selama beberapa detik.

Namun, Arzt masih dapat menahan beberapa serangan walau wajahnya kini tergores. Arzt mulai berpikir, bagaimana dia bisa lolos kalau gadis ini tidak akan melepasnya begitu saja?

Baru saja dia memasang ancang ancang untuk meng-counter ulti milik Estrogen ...

GRRRRRRKKK ...!!!

Sebuah suara, seperti sebuah benda yang amat besar–sedang bergeser atau digeser–oleh seseorang pun terdengar.

Arzt pun terperanjat. "Bentar cil, lu denger, nggak?" tanya dia kepada Estrogen.

Estrogen berhenti, tapi tetap waspada kalau saja itu tipu daya dari lawannya. "Apaan?" Telinganya mulai menangkap suara gesekan berat dari kejauhan. Dia mulai semakin waspada.

"Lu make ilmu dari mana lagi nih?" tanya Estrogen, curiga.

"Sumpah bukan gue, cil," jawab Arzt sambil menggeleng-geleng dan melambai lambai.

"Kalo gitu apaan–"

DUAAARRRR ...!!!

DUARRRRRR ...!!!

GEDEBUG!

AING MAUNG RAAWWRR–!

Belum sempat Estrogen menyelesaikan ucapannya, sebuah benda asing tiba-tiba jatuh menimpa Arzt di depannya.

"EH, EH, NAON SIA?!" teriak Estrogen panik.

Ternyata oh ternyata, itu seekor(?) atau lebih tepatnya sesuatu yang besar. Ia memiliki rupa seperti manusia, namun lebih buruk rupa. Ditambah dengan taring mencuak dari mulutnya disertai mata putih tanpa pupil. Makhluk itu juga membawa sebuah tongkat terbuat dari kayu raksasa yang mampu menggeprek siapa pun yang dilihatnya. Ia mengaum sambil memukul-mukul hingga area sekitar bergetar.

Estrogen berusaha menyerimbangkan diri sambil mencari sosok Arzt yang diduganya sudah digeprek. "Waduh, kalau dia saja bisa digeprek, apalagi gue." Dia membatin.

"RAAAUUUNNNGGG ...!!!" Monster itu kembali menyambung raungannya dan memukul tanah hingga membuat Estrogen terpental.

Buk!

Estrogen terguling layaknya sepak bola yang disepak hingga menimpa batu. "Aduh!" Dia menggerang sambil menggelus punggung.

Monster itu kembali meraung dan tampak bergerak menggepreknya menggunakan kayu raksasa itu.

"EMAKKKKK ...!!!" teriak Estrogen pasrah.

Nantikan petualangan berikutnya 'Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor Gurita' season berikutnya, hanya di lapak ini. Terima kasih sudah baca season ini.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang