"Ih, apaan sih aku nggak paham :(" ujar Estrogen. Sangat kontras dengan wajah cool en gamtemg-nya sekarang.
"Apaan lu dah bocil. Lakik kok menye-menye gitu," timpal Dukuniwati sambil mencolek-colek pinggang Estrogen.
"Ihhh! Jangan dicolek aduh!" ucap Estrogen, dengan nada yang sama lagi.
"Gen. Setop, Gen. Jangan gitu. Sia-sia muka lu ganteng, Gen," ucap Kiprang.
Estrogen lalu menatap Kiprang, "Gue ganteng? Ah masa?" tanya dia.
"Nggak. Muka lu kaya reog," jawab Kiprang.
"Oh yaudah," balas Estrogen. Sepertinya dia merajuk.
"Dih? Bocil? Gitu doang ngambek?" timpal Dukuniwati.
Kakeru yang lelah pikiran dan fisik langsung menyahut. "Kita lanjut debatnya di rumah!"
Dukuniwati, seperti biasa, hanya tersenyum melihatnya. "Ya sudahlah, ayo pulang, anak-anak!"
Mereka meninggalkan suasana pasar yang telah hancur berantakan.
***
"Berhubung kita sudah ketahuan Pecel, maka kita pindah lagi," ujar Dukuniwati sambil merapal mantra untuk berteleportasi.
Mereka semua mengiakan.
Ketika cahaya krem memenuhi pandangan, tibalah mereka di hutan yang tidak asing.
"Eh, bukannya ini hutan tempat kita dulu muncul?" tanya Kiprang.
"Lah, iya." Estrogen menatap sekitar. "Kok kita kembali ke sini?"
"Yah, kembali ke titik awal," sahut Dukuniwati enteng. "Enggak deng, ada yang mau kucari di rumah lama."
Ingatan Kiprang dan Estrogen berputar kembali ke masa lalu ketika mereka pertama kali menginjakkan kaki di dunia aneh ini.
Estrogen dalam wujud gurita secara mendadak, kekuatan yang muncul entah dari siapa.
Kemudian Kiprang yang tiba-tiba bisa mengabulkan semua doa. Lalu berganti jadi pemegang senter.
Estrogen ingat ketika dia pertama kali jadi gurita dan itu awalnya membuat dia polos bak bayi sebelum mendapat kekuatan luar biasa ini.
Mengubah wujud ...
"Lah, trus gimana gue balik jadi cewe?!" Estrogen seketika panik.
Kiprang pun ikut kaget tapi terdiam saat berpikir. "Bagaimana, ya? Kamu berubahnya karena apa tadi?"
"Seperti biasa, mendadak," jawab Estrogen. Dia menatap Kakeru. "Hei, Kakek! Tanggungjawab!"
"Yah, tidak tahu," balas Kakeru. "Kenapa tanya aku?"
Kesal, Estrogen langsung tanya ke Dukuniwati. "Gimana nih, Dukuniwati-san?"
"Aku kurang tahu," jawabnya. "Tapi, seperti kasus tentakel kemarin, kamu bisa mengendalikannya nanti. Untuk sekarang, gunakan jelmaan itu sebaik mungkin."
Mendengarnya, Estrogen menjadi pasrah. Dia seketika menjadi murung yang membuat Kiprang turut prihatin.
Di tengah perjalanan, mereka menjumpai sebuah sumur. Kali pertama bagi Kiprang melihat sumur seperti itu di tengah hutan.
"Hei, sumur!" ujar Kiprang dengan polos.
Dukuniwati dan Kakeru mengikuti arah pandangnya.
"Ah, sumur tua dan angker," ujar Dukuniwati. "Itu tempat Oodyn membuang korbannya yang malang itu. Tapi, korbannya pula yang membawa kalian ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor Gurita
FantasiaKiprang dan Estrogen tidak sengaja melempar diri mereka ke dalam dunia fantasi aneh. Di sanalah, mereka bertemu dengan beragam spesies terutama yang pernah mereka kenal sebelumnya. Agar bisa kembali dan menikmati bubur ayam bersama, Kiprang dan Est...