👑 8 : Elina's Proposal 👑

24 8 1
                                    

"Harum wangy cantik bersery, hary ini aku nak makan curry ahahahahah~" ucap Estrogen di tengah perjalanan mereka.

"Terngiang-ngiang pasti tuh," timpal Kiprang sambil memainkan dahan yang dia dapat di tempat random.

"Yaiya dung." Estrogen menjawab.

Dukuniwati yang mendengarkan percakapan mereka pun ikut bergabung. "Palpale palpale pal pale pale~"

Kakeru yang hanya diam menahan diri dari kaum yang tidak bisa menahan mulutnya. "Kalian apa-apaan sih, idih tikt*kers."

Kiprang dan Estrogen terkesiap. "Lu tahu itu?!"

Kakeru melirik Dukuniwati yang masih asyik bersenandung ria. Tidak membalas melainkan hanya menatap dukun itu. Tentu saja dia tahu karena dia sering mengamati tingkah laku Dukuniwati yang senang mengikuti gaya manusia biasa.

"Duh, mau sampai kapan aku begini?" Tiba-tiba saja Estrogen mengeluh. "Gatal, nih!"

"Nanti, ya!" ujar Dukuniwati. "Rumah masih jauh dan kamu harus bersabar."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan meski harus menahan kesabaran.

Hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah pohon besar lagi lebat di tengah hutan yang lebih asri.

"Kalian punya rumah pohon?" tanya Kiprang polos.

"Lu lupa keadaan kami?" balas Kakeru. "Kami sedang bersembunyi dari bahaya."

"Kalian berdempetan di sana?" Pikiran Estrogen memang meresahkan.

Kakeru berdecak. "Oi! Masih muda sudah macam-macam otak!"

"Lah, terus gimana kalian hidup di pohon itu?" Kiprang bertanya.

Dukuniwati tersenyum. "Oho, tunggu sebentar~"

Dengan sigap, Dukuniwati memanjat pohon tadi meski rok panjangnya tersibak. Untungnya masih ada celana panjang melindunginya.

Estrogen dan Kiprang menatap Dukuniwati yang memanjat.

"Hei, jaga pandangan!" Kakeru berdiri di depan, menutupi pandangan mereka.

"Ya, elah, kami enggak lihat yang aneh-aneh, kok!" sahut Kiprang.

Kakeru tidak menanggapi.

"Uhuy! Sedikit lagi!"

Seruan Dukuniwati langsung dibarengi dengan bunyi dahan bergesekan.

Perlahan, dahan dari pohon itu membesar dan melebar hingga ...

HAP!

Lalu ditangkap.

Mereka semua ditelan dahan berbentuk kantung tadi kemudian terangkat.

Tak lama, pandangan mereka berganti dengan pemandangan sebuah rumah kayu lengkap dengan buku dan alat-alat sihir.

"Ini rumah baru kami!" ujar Dukuniwati dengan bangga.

Kakeru pun berjalan mendekati dukun itu.

"Kakeru! Buatkan minuman buat anak-anak ini!" titah Dukuniwati.

Kakeru mengiakan lalu berjalan ke ruang sebelah kiri.

Estrogen pun berpikir, "Woah, kek emak sama bapak ketiga gue nih dua orang."

Karena emak sama bapak keduanya itu guru di sekolah, so ...

Ehem. Lanjut.

"Mau minum apa kalian, jus? Teh?" tanya Kakeru.

Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor GuritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang