"Hah? Siapa?" ucap Estrogen pura-pura tidak mendengar.
"Axvel Hetanos Godwin," jawab orang itu lagi.
"Hah? Siapa? Thanos?" ucap Estrogen, mungkin dia benar-benar budeg.
"Kurang ajar! Hiyat!"
Meski dilanda emosi, tidak terjadi guncangan atau efek berserk setelahnya.
"Ohoho, Pecel, ya?" Dukuniwati tersenyum. "Kakeru, kamu yang tangkap atau aku–"
Belum selesai mengucapkannya, Kakeru sudah lenyap dari pandangan.
"Weh! Weh!" Terdengar seruan panik dari Axvel yang kaget melihat sosok terjun dari pohon.
"Kalian juga!" Dukuniwati, tanpa wajah berdosa, melompat sambil menggenggam tangan Estrogen dan Kiprang.
"HUAAA ...!"
Kiprang dan Estrogen menjerit selagi mereka jatuh dari ketinggian puluhan meter. Padahal mereka kira pohon itu hanya beberapa meter saja seperti tadi siang.
GEDUBRAK(?)
Estrogen dan Kiprang pun mendarat di atas wajah Thano– Hetanos.
"Ih! Jijay! Jangan sentuh aku! Aku masih perawan!" ujar Kiprang sambil menampar wajah Hetanos yang baru saja mereka timpa.
Hetanos pun terlempar gara-gara tamparan Kiprang, sampai-sampai dia menabrak pohon di belakangnya.
"Heh! Kamu main geplak-geplak aja!" seru Hetanos marah. Sudah tertimpa, ditampar pula.
"Pecel!"
DUAR!
Seruan Kakeru terdengar bersama ledakan yang mengguncang hutan. Suara tadi disusul bunyi kaca pecah dan bunyi bedebuk keras tapi terasa.
"Apa-apaan?!" Kali ini suara Axvel terdengar cempreng, kesal dengan semua ini. Penampilannya yang tadinya rapi layaknya anak OSIS teladan, baik hati, dan tidak sombong kini berantakam berkat ledakan ciptaan Kakeru.
Tuk!
"Weh!"
Kepala Axvel digeplak Dukuniwati bersama sebuah botol. Nyaris saja cahaya keputihan menguasai pandangan, Pecel ini berhasil menghindar sebelum tertangkap.
"Ngeri kalian, weh! Gue baru saja dilantik udah begini!"
Axvel langsung memperbaiki seragam sekolah SMA itu dengan lambang ANDROMEDA dengan tulisan OSIS di atasnya sebagai tanda kalau dia ternyata ketos.
"Pecel! Pecel!"
Seruan keempat makhluk itu membuat Axvel merinding. Seharusnya yang ketakutan itu mereka, bukan dirinya.
"Gilak kalian," gumamnya ngeri. "Padahal gue yang Pecel."
"Hiyat!" Dukuniwati kembali melempar sebotol angin.
Axvel menjerit dan berhasil menghindar. Begini sekali nasib menjadi ketos, harus mengurus kekalutan ini.
Axvel menangkis botol tadi dengan jurus karate yang dia pelajari di ekstrakurikuler.
"Nantang gue hah?!" ujarnya sok jago.
Estrogen, yang baru saja menyeimbangkan diri setelah dilempar dari ketinggian, terkekeh. "Kukuku, anak muda! Jabatanku di OSIS lebih lama darimu! Takluklah dihadapan seniormu!" ucapnya. Terlihat tentakel-tentakel kembali muncul di punggungnya.
"Belum di-LDK kan? Sini, gue LDK-in! Tiarap! Siapa suruh berdiri?! Hah?!" teriak Estrogen ala-ala kakak kelas kedjam.
Axvel entah kenapa langsung tiarap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pecel, Pembawa Senter, dan Seekor Gurita
FantasiKiprang dan Estrogen tidak sengaja melempar diri mereka ke dalam dunia fantasi aneh. Di sanalah, mereka bertemu dengan beragam spesies terutama yang pernah mereka kenal sebelumnya. Agar bisa kembali dan menikmati bubur ayam bersama, Kiprang dan Est...